Adipati Karno

figur Wayang Adipati Karno

jauh di luar perkemahan Tegal Kurusetra, Dewi Kunti menemui Basukarno di pinggir sungai Gangga untuk membujuknya agar mau bergabung dengan adik-adiknya Pandawa pada perang Baratayuda. (lukisan karya: Herjaka HS)
Kidung Malam 92
Adipati Karno

Basukarno tidak hanya menunjukkan kelasnya dalam hal ilmu berolah senjata panah, tetapi ia pun mampu menguasai dirinya dengan amat matang. Sikap Dewi Durpadi yang merendahkan dirinya di atas panggung sayembara, pada saat Basukarno berhasil menarik dengan sempurna busur pusaka Cempalaradya, serta penolakan Dewi Durpadi yang seharusnya menjadi putri boyongan setelah Basukarno berhasil membidik sasaran dengan tepat, tidak membuatnya menjadi kalap. Walaupun ada perasaan jengkel, Basukarno pemenang sayembara yang dibatalkan tanpa sebab, turun dari panggung kehormatan dengan penuh percayaan diri, tanpa sedikitpun rasa kecewa menggores di wajahnya.

Dengan tenang Basukarno meninggalkan panggung kehormatan. Ia tidak mempedulikan penolakan Dewi Durpadi. Baginya yang paling utama adalah mempertontonkan kemampuan ilmunya dihadapan orang banyak. Ia menyeberangi lautan manusia yang memenuhi alun-alun Cempalaradya waktu itu. Ribuan pasang mata mengikuti dan mengamati setiap gerak langkahnya. Demikian juga saat ketika ia meladeni Arjuna untuk beradu kebolehan ilmu memanah. Menyaksikan tingkat ilmu yang dimiliki Basukarno orang-orang dibuat penasaran, benarkah ia seorang sudra?

Biarlah semua orang menilaiku demikian, orang sudra! kelas bawah! Hal itu saya sadari bahwa aku memang seorang sudra anak sais kereta kerajaan yang bernama Adirata. Walaupun aku seorang sudra, kata mereka, aku adalah anak yang cerdas berani dan jujur. Aku tumbuh dan dibesarkan dibawah asuhan pasangan Adirata dan Nyai Rada.

Setelah menginjak dewasa, Basukarno sering berpetualang sendirian. Belajar kesana-kemari kepada orang-orang berilmu. Ketika pada suatu waktu Karna lewat di Sokalima, ada dorongan yang amat kuat untuk mencecap ilmu kepada Pandita Durna. Namun dikarenakan ia adalah seorang sudra, Basukarno tidak berani berterus terang, karena tahu akibatnya, yaitu ditolak. Oleh karenanya ia memilih belajar secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi, agar tidak diketahui oleh siapa pun.

Selain berguru kepada Pandita Durna, Basukarno juga berguru kepada Ramaparasu guru sakti yang ahli bermain senjata Kapak dan senjata panah. Seperti halnya ketika belajar di Sokalima, di hadapan Ramaparasu, Basukarno tidak mau berterus terang. ia menyamar sebagai seorang brahmana penggembara. Hal tersebut dilakukan karena Rama Parasu mempunyai dendam pribadi kepada seorang ksatria, dan tidak mau menerima murid seorang ksatria. Maka Karna menyamar menjadi seorang brahmana dan berguru kepada Rama Parasu. Dengan menyamar sebagai brahmana, Basukarno diterima menjadi murid Rama Parasu. Ilmu-ilmu yang diajarkan diserapnya dengan cepat dan tuntas.

Jika Basukarno ingin belajar ilmu setinggi mungkin, harapan Adirata sangatlah sederhana dan realistis. Ia menginginkan agar anaknya menjadi seorang sais kereta seperti dirinya. Agar harapan tersebut dapat tercapai, Adirata memberi kereta kuda kepada Basukarno, untuk belajar menjadi sais kereta. Basukarno tidak menolak pembereian ayahnya, malahan ia menggunakan kereka kuda tersebut untuk latihan perang-perangan.

Kini, ketika Basukarno telah menjelma menjadi pemuda berilmu tinggi, Sengkuni dan Duryudana telah memeluknya. Di tengah-tengah para Kurawa, Basukarno tidak lagi seorang sudra. Ia telah diangkat menjadi Adipati yang sederajat dengan para ksatria Pandawa. Adipati Karno, demikianlah nama yang pantas disandang setelah pengangkatannya.

Adipati Karno sungguh bahagia. Kebahagiaannya tidak semata-mata pengangkatan dirinya sebagai seorang adipati, melainkan dengan pengangkatan dirinya, jalan terbuka lebar untuk dapat berperang tanding melawan Arjuna, dikelak kemudian hari.

herjaka HS

Kartamarma

Figur Wayang Kartamarma

Kartamarma dalam bentuk wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Kartamarma

Kartamarma adalah salah satu dari seratus anak bersaudara laki-laki yang lebih populer disebut dengan Kurawa. Anak pasangan Destarastra dan Dewi Gendari ini bertempat tinggal di negara kecil yang ditaklukan Hastina, dan kemudian disebut dengan ksatrian Toyatinalang. Di Hastinapura Kartamarma termasuk tokoh penting. Karena disamping sebagai putra raja, sewaktu yang menjadi raja Destarastra atau juga adik raja saat yang menjadi raja Duryudana, Kartamarma diangkat menjadi panitisastra atau sekretaris negara pada masa pemerintahan Prabu Duryudana. Oleh karenanya ia selalu hadir dalam setiap adegan atau cerita yang mengisahkan para Kurawa.

Walaupun Kartamarma tidak mempunyai kesaktian yang menonjol, ia adalah satu-satunya keluarga kurawa yang tidak mati dalam perang Baratayuda. Ketika melihat gelagat bahwa Kurawa bakal kalah, Kartamarma menyingkir ke hutan sembari menunggu perang selesai. Di hutan Kartamarma bertemu dengan Aswatama, anak Pandita Durna.

Setelah mendengar kabar bahwa Duryudana telah mati dan perang Baratayuda selesai Kartamarma dan Aswatama bermaksud kembali ke Hastina untuk menjemput Dewi Banowati. Kartamarma ingin mengambil istri, sedangkan Aswatama bermaksud membunuh Banowati. Namun maksud keduanya tidak kesampaian, karena Dewi Banowati telah terlebih dahulu diboyong oleh Arjuna di perkemahan para Pandawa.

Akhirnya Kartamarma dan Aswatama merubah rencana. Mereka ingin menyusup ke perkemahan pada malam hari untuk membunuh para pandawa. Dalam penyusupan tersebut Aswatama berhasil membunuh Banowati, Drestajumena dan Srikandi. Sedangkan Kartamarma dengan ditemani Resi Krepa menunggu di luar perkemahan. Keberadaan mereka berdua dipergoki oleh keluarga pandawa.

Dihadapan Kartamarma dan Resi Krepa Prabu Kresna mengatakan bahwa dengan menyusup di perkemahan pada malam hari untuk membunuh lawan yang sedang istirahat, merupakan sikap yang tidak terpuji. Sikap yang telah menanggalkan watak ksatria dan watak Pandita. Oleh karenanya Prabu Kresna mengutuk Kartamarma dan Resi Krepa menjadi seekor ‘Kutis’ hewan pemakan kotoran.

Ada yang mengisahkan bahwa Kartamarma atau Kertawarma bukan salah satu anak pasangan Destrarastra dan Gendari, melainkan anak Prabu Herdika seorang raja di Kerajaan Bhoja. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa. Hingga perang berakhir Kertawarma masih selamat. Ia kemudian pulang ke negaranya, untuk tidak berperang lagi.

herjaka HS

Pandudewanata

Figur Wayang Pandu dewanata

Pandudewanata dalam bentuk wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya. (foto: Sartono)
Pandudewanata

Raden Pandu adalah anak kedua raja Hastina yang bernama Abiyasa atau Prabu Kresnadwipayana, yang berpasangan dengan salah satu dari ketiga putri negara Kasi atau Giyantipura, yaitu Dewi Ambalika. Raden Pandu mempunyai wajah yang tampan, tetapi mukanya pucat dan lehernya ‘tengeng’ (kaku selalu menengok). Walaupun mempunyai cacat secara fisik, Pandu adalah satria yang sakti mandraguna serta patuh kepada orang tua.

Dikarenakan kakak Pandu buta, maka Raden Pandu menggantikan ayahandanya menjadi raja di Negara Hastinapura dengan gelar Prabu Pandudewanata. Ia beristrikan Dewi Prita atau Dewi Kunti anak raja Mandura Prabu Kuntiboja, yang didapat melalui sayembara di negara Mandura, serta Dewi Madrim, anak Prabu Mandrapati raja Mandaraka. Dari kedua istri tersebut Pandu tidak mendapatkan anak, karena kutukan Resi Kimindama, yang di‘sot’kan (dikutukan) setelah Pandu membunuh istri Resi Kimindama dengan panah. “Hai Pandu raja yang bodoh! engkau akan binasa ketika melakukan ‘saresmi’ dengan istrimu. Pandu sangat terkejut, tidak menyangka bahwa sepasang kijang yang sedang berpasihan di rumput hijau tersebut jelmaan Resi Kimindama dan istrinya.

Oleh karena kutukan itu, Pandu bersama kedua istrinya yaitu Kunti dan Madrim tidak mendapatkan anak. “Kepada siapakah negara Hastina akan diwariskan?” Pandu sangat gelisah, sebagai raja besar ia tidak mempunyai keturunan. Ia kemudian meminta kepada Kunthi yang mempunyai aji Aditya Herdaya pemberian Resi Druwasa. Dengan aji tersebut Kunti dapat mendatangkan Dewa sesuai dengan keinginannya untuk memberikan anak.

Maka kemudian lahirlah dari rahim Kunti secara berurutan: Puntadewa pemberian Dewa Darma, Bimasena pemberian Dewa Bayu, Harjuna pemberian Dewa Indra, dan disusul anak kembar Nakula dan Sadewa pemberian Dewa Aswan dan Dewa Aswin yang lahir dari rahim Madrim. Kelima anak laki-laki yang lahir dari kedua istri Pandu tersebut disebut Pandawa Lima.

Pada saat terjadi perang Pamukswa, perang antara negara Hastina dan negara Pringgondani, Prabu Pandudewanata berhasil membunuh Prabu Tremboko raja raksasa dari Pringgondani. Belum puas atas kematian musuhnya, mayat Prabu Tremboko diinja-injak sepuasnya. Pada waktu menginjak-injak mayat prabu Tremboko, kaki Prabu Pandudewanata menginjak keris Kalanadah yang masih dipegang Prabu Tremboko. Maka jatuhlah Prabu Pandudewanata dan untuk beberapa lama ia menderita sakit... dan kemudian wafat. Ada yang mengatakan bahwa wafatnya Prabu Pandu bukan karena keris Kalanadah, melainkan karena ia sedang saresmi dengan Dewi Madrim istrinya.

herjaka HS

Narada

Figur Wayang Narada

Batara Narada, wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo, koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Narada

Pada awal mula dunia diciptakan, adalah sebuah cahaya berbentuk telur. Sang Maha Pencipta atau Sang Hyang Tunggal menjadikannya kulit telur menjadi bumi dan langit yang dipisahkan cakrawala. Setelah kulit telur terpisah dari isinya, maka semakin bercahayalah isi telur tersebut. Cahaya yang memancar dari kuning telur menjadi Manik atau intan dan Maya, atau cahaya indah berwarna kehijauan. Sedangkang cahaya yang ditimbulkan dari bagian putih telur menjadi Nur, sinar terang benderang berwarna putih kekuning-kuningan, dan Teja atau sorotnya, pancarannya dari cahaya tersebut.

Dari keempat cahaya yang di pancarkan dari isi telur yaitu: Manik, Maya, Nur dan Teja, lahirlah empat orang manusia yang berupa ksatria tampan dengan badan ideal atau disebut dengan bambangan. Dari Manik lahirlah Manikmaya. Dari Maya lahirlah Ismaya. Dari Nur lahirlah Nurada. Dari Teja lahirlah Tejamantri. Keempat manusia pertama ciptaan Sang Hyang Tunggal tersebut disebut sebagai dewa dengan gelar batara.

Pada kisah selanjutnya keempat batara yang tampan tersebut saling berebut untuk menjadi penguasa dunia. Batara Manikmaya, Batara Ismaya dan Batara Tejamantri beradu kesaktian. Dalam adu kesaktian tersebut Batara Manikmaya berubah bentuk menjadi orang bertangan empat dengan sebutan Batara Guru. Batara Ismaya, berubah menjadi seorang berbadan pendek bulat dan hitam dan lebih dikenal dengan nama Semar. Batara Teja atau Batara Tejamantri atau juga Batara Antaga berubah bentuk menjadi orang pendek, gemuk dan bermulut lebar dan biasa dipanggil Togog.

Sementara itu Batara Nurada yang tampan, sakti, cerdas, banyak ilmu dan berwawasan luas sedang bertapa di tengah samodra. Ia merasa paling pantas menjadi penguasa dunia. Batara Guru datang dan mengatakan bahwa dirinya yang paling pantas menjadi penguasa dunia. Dikarenakan tidak ada yang mau mengalah dalam hal kekuasaan, keduanya terlibat dalam perkelahian. Batara Guru dapat mengalahkah kesaktian Batara Nurada dan menyatakan bahwa wajah Nurada itu lucu. Seketika itu Batara Nurada menjadi jelek tidak tampan lagi. Wajahnya lucu dan tubuhnya pendek, perutnya buncit. Namun dalam hal ilmu dan kecerdasan, Batara Nurada yang kemudian disebut Batara Narada mempunyai tingkatan ilmu lebih tinggi dibandingkan dengan Batara Guru. Oleh karenanya Batara Narada diangkat menjadi patih kahyangan Jonggring Saloka atau Suralaya mendampingi Batara Guru.

Selain menjadi patih Batara Narada juga menjadi penasihat Batara Guru dan sekaligus menjadi sesepuh para dewa. Kepada Guru ia memanggil adi Guru, dan sebaliknya Batara Guru menyebut kakang Narada.

Batara Narada bertempat tinggal di Kahyangan Suduk Pangudal-udal. Ia mempunyai satu isteri yang bernama Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut Batara Narada menurunkan dua anak yaitu Dewi Kanekawati dan Bhatara Malangdewa.

Karena kata sakti yang diucapkan Batara Guru sehingga ketampanan Batara Narada hilangi. Selanjutnya Batara Narada dilukiskan sebagai dewa yang lucu dan suka berkelakar, tetapi dibalik kelucuannya sesungguhnya ia adalah dewa yang paling pandai dan waskita. Diantara para dewa di Kahyangan, Batara Naradalah yang lebih sering mendapat tugas turun ke dunia memberikan anugerah kepada manusia. Sepanjang hidupnya Batara Narada melakukan satu kesalahan fatal dalam manjalankan tugasnya yaitu ketika ia ditugaskan oleh penguasa Kahyangan untuk menganugerahkan pusaka sakti berujud panah yang bernama Kuntawijayandanu. Seharusnya pusaka itu diberikan kepada Harjuna, tetapi keliru diberikan kepada Adipati Karna.

Batara Narada memiliki jimat berupa cupu Lingga Manik yang berisikan Tirta maya Mahadi yang dapat digunakan untuk mengobati segala macam penyakit. Nama lain dari Batara Narada adalah Sang Hyang Kanekaputra.

herjaka HS

Baladewa

Figur Wayang Baladewa

Prabu Baladewa, wayang kulit purwa buatan Kaligesing,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Baladewa

Baladewa adalah anak Prabu Basudewa, raja Mandura dari Ibu yang bernama Dewi Mahendra. Ia mempunyai saudara kembar yang bernama Kresna. Walaupun lahir kembar Baladewa dan Kresna adiknya tidak sama. Baladewa berkulit putih bule, sedangkan Kresna berkulit hitam cemani. Selain kresna, Baladewa mempunyai adik wanita bernama Bratajaya atau Sumbadra.

Walaupun Baladewa terkenal sebagai raja yang mudah marah, ia jujur, adil, dan tulus. Ia tidak sungkan-sungkan untuk meminta maaf atas kesalahannya. Sejak kecil Baladewa dan ke dua adiknya diungsikan dan disembunyikan di kademangan Widarakandang karena mendapat ancaman mau dibunuh oleh Kangsadewa. Di kademangan Widarakandang Baladewa dan kedua adiknya diasuh oleh Demang Antyagopa dan nyai Sagopi.

Di dalam pengungsian, Baladewa remaja yang bernama Kakrasana berguru kepada seorang resi jelmaan Batara Brama di pertapaan Argasonya. Setelah selesai berguru Baladewa diberi pusaka sakti yaitu senjata Nanggala yang berujud angkus, angkusa atau mata bajak, dan Alugora berujud gada dengan kedua ujung yang runcing. Selain itu Baladewa juga mendapat aji Jaladara yang dapat terbang dengan kecepatan tinggi. Maka kemudian Kakrasana mendapat sebutan nama Wasi Jaladara.

Baladewa beristeri Erawati anak Raja Salya dari negara Mandaraka dan mempunyai dua anak laki-laki yaitu Wisata dan Wimuna. Baladewa menjadi raja di Mandura menggantikan ayahnya Prabu Basudewa

Nama lain dari Baladewa adalah Kakrasana, Karsana, Balarama, Wasi Jaladara, Curiganata.

Pada saat perang Baratayuda berlangsung, Baladewa justru tidak terlibat sama sekali. Hal ini disebabkan karena rekayasa Prabu Kresna. Baladewa sengaja diselamatkan oleh Kresna dari kemungkinan buruk yang bakal menimpanya, yaitu dengan meminta Baladewa bertapa di Grojogan sewu. Tujuannya agar Baladewa tidak mendengar suara gemuruh perang, karena tertutup oleh suara air terjun. Baru ketika perang Baratayuda sudah usai, Baladewa sadar bahwa ia ditipu oleh adiknya. Baladewa meninggal dalam usia lanjut. Ia sempat menyaksikan penobatan Prabu Parikesit menjadi raja Hastinapura. Baladewa wafat menyusul Kresna adiknya yang terlebih dahulu muksa.

herjaka HS

dari berbagai sumber

Kala

Figur Wayang Kala

Kala yang adalah anak Batara Guru mendapat gelar Batara.
Dan ia pun berpakaian seperti layaknya pakaian para dewa,
yaitu berjubah, memakai tutup kepala ketu dewa oncit,
memakai samir dan praba. Batara Kala dalam bentuk wayang kulit purwa,
buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Tembi Rumah Budaya’ (foto: Sartono)
Kala

Disuatu hari, ketika Batara Guru dan Dewi Uma terbang bercengkrama di atas alam desa yang indah permai, sampailah mereka berdua dipenghujung hari. Senja temaram yang indah, langit berwarna kemerah-merahan, sungguh pemandangan yang amat indah dan romantis. Kulit Dewi Uma yang tertimpa sinar mentari senja, merona cemerlang bagaikan emas murni. Batara Guru terpana melihat kecantikan Dewi Uma dan keelokan tubuhnya. Darah lelakinya bergolak. Ia lupa akan dirinya yang adalah raja dewa Suralaya, dan memaksa istrinya untuk melayani gejolak nafsunya. Dewi Uma menolak untuk melakukan perbuatan yang tidak pada tempatnya itu. Ia menghindar dari sergapan suaminya yang penuh nafsu birahi, sehingga kama Batara Guru jatuh di samodra. Batara Guru amat marah kepada Dewi Uma. Maka dikutuklah Dewi Uma menjadi raksasa dan diberi nama Batari Durga.

Dikisahkan kama salah yang jatuh, mengebur samodra dibarengi dengan badai dahsyat. Lalu kemudian munculah dari samodra sinar putih berujud sosok menakutkan yang bergulung-gulung menuju Kahyangan. Atas perintah Batara Guru ‘Kama Gumlundung’ demikian cahaya putih itu disebut, dihujami pusaka-pusaka andalan para dewa untuk dibinasakan, agar tidak masuk ke Kahyangan. Namun Kama Gumlundung tidak binasa oleh pusaka-pusaka para dewa yang dihujamkannya, bahkan ia mampu menyerap energi-energi para dewa dan sekaligus keempat energi alam, yaitu Guntur Geni (energi api), Guntur Banyu (energi air), Guntur Bayu (energi angin) dan Guntur Bumi (energi bumi). Dari Guntur Geni ia mendapat kekuatan, dari Guntur Banyu ia mendapat kehidupan, dari Guntur Bayu ia mendapat kecepatan gerak dan dari Guntur Bumi ia semakin tumbuh dan jadilah rasaksa umur belasan tahun. Ia meninggalkan lautan menyusuri rawa-rawa.

Para dewa berlari masuk kahyangan. Raksaksa tersebut mengejarnya, sembari mengambil ganggeng dan lumut dan ditempelkan di badannya, untuk menutupi tubuhnya menirukan busana yang dipakai para dewa. Tak beberapa lama raksasa remaja tersebut telah bertemu Batara Guru. Ia ‘ngawu-ngawu sudarma’, meminta diaku sebagai anak. Batara Guru tidak dapat mengingkari nya. Ia mengakui dengan jujur bahwa geger kahyangan ini adalah merupakan akibat dari hasil perbuatannya. Oleh karenanya raksasa yang lahir dari kama salah ini diaku sebagai anak dan diberi nama Kala.

Batara Guru merasa kawatir, jika hal itu dibiarkan akan menelan banyak korban. Maka, ketika Kala bersujud di hadapan Batara Guru, dipotonglah lidah dan taring Kala yang mengandung bisa itu.

Potongan lidah dicipta Batara Guru menjadi senjata panah, dinamakan Pasopati. Kemudian potongan taring sebelah kanan dicipta menjadi senjata keris bernama Kalanadah, dan potongan taring sebelah kiri dicipta menjadi keris bernama Kaladete.

Kala didampingi oleh Batari Durga, yaitu penjelmaan dari Dewi Uma, istri Guru yang dikutuk menjadi wanita bermuka raksasa diberi tempat di Pasetran Gandamayit. Ditempat itu mereka berkuasa atas bangsa makhluk halus. Ada yang menyebutkan bahwa tempat tinggal Kala adalah Kahyangan Sela Mangumpeng.

herjaka HS

Limbuk

Figur Wayang Limbuk

Limbuk dalam bentuk wayang kulit purwa, buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Limbuk

Limbuk dan Cangik adalah abdi raja yang bertugas melayani bendara-bendara putri di keputren, bersama dengan abdi-abdi putri lainnya. Pasangan Limbuk dan Cangik ini paling populer dibandingkan dengan abdi-abdi putri lainnya. Kepopuleran sepasang abdi tersebut bukan karena kemampuannya yang istimewa, melainkan karena ciri fisik yang dimiliki berbeda dengan abdi-abdi lainnya.

Limbuk dalam bahasa Jawa artinya ‘lemu tur wagu’ yaitu badannya gemuk tetapi kurang proposional. Pada masyarakat Jawa seorang wanita yang mempunyai ciri fisik gemuk tetapi tak beraturan diberi ‘paraban’ atau sebutan Limbuk. Nama sebutan yang sesuai dengan ciri fisiknya tersebut justru lebih populer ketimbang nama yang sesungguhnya pemberian dari orang tua.

Limbuk tergolong abdi wanita yang berparas jelek, namun genit. Oleh karenanya berkali-kali Limbuk batal dilamar. Sebagian orang menganggap bahwa Limbuk adalah anak Cangik. Tetapi ada pula yang menganggap bahwa hubungan Limbuk dan Cangik adalah hubungan teman sekerja.

Lepas dari itu semua Limbuk dan Cangik merupakan pasangan yang populer dan digemari orang banyak. Saking populernya hingga ada adegan khusus yang dinamakan Limbukan. Dalam adegan ini, tokoh Limbuk dan Cangik dijadikan sarana untuk memberi informasi, pencerahan dan sekaligus hiburan.

Kedua abdi tersebut saling melengkapi. Mereka sangat dekat dengan bendara putrinya. Pada saat bendara putrinya mengalami kebingungan, Cangiklah yang sering diajak berembug untuk memecahkan masalah serta mencari solusi. Sementara itu jika bendara putrinya berduka, Limbuk tampil menghibur dengan bernyanyi dan menari.

Selain badannya yang gemuk ‘pating pecotot,’ Limbuk mempunyai ciri fisik yang lain, yaitu: dahinya lebar, matanya pecicilan, hidung sunthi, rambutnya selalu digelung kecil dan memakai kesemekan serta jarit

Banyak orang beranggapan bahwa pasangan Limbuk Cangik bukanlah abdi biasa, mereka merupakan abdi kesayangan, yang berfungsi ganda sesuai dengan kebutuhan bendara putrinya. Peran ganda itulah yang kemudian memposisikan Limbuk dan Cangik selain sebagai abdi yang melayani, juga sebagai orang tua yang memberi solusi dan sekaligus berperan sebagai sahabat yang penghibur, termasuk menghibur masyarakat luas.

herjaka HS

Cangik

Figur Wayang Cangik

Cangik dalam bentuk wayang kulit purwa, buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Cangik

Diantara abdi raja yang bertugas melayani bendara-bendara putri di keputren, ada dua abdi yang populer, satu diantaranya adalah Cangik. Dinamakan Cangik karena abdi putri yang satu ini mempunyai ciri fisik yang menonjol, yaitu dagunya menjorok ke depan, dalam bahasa Jawa disebut ‘Nyangik.’ Oleh karena ciri fisik inilah, ia kemudian dikenal dengan nama Cangik. Nama ‘paraban’ ini lebih populer ketimbang nama asli pemberian orang tua.

Selain dagunya yang nyangik, ciri fisik lainnya adalah: dahinya nonong, matanya pecicilan, hidung sunthi, badannya kurus, rambutnya selalu digelung tekuk, kebiasaannya mengenakan ‘kesemekan’ dan memakai jarit motif kawung.

Cangik tergolong abdi yang serba bisa, setia, sabar, periang dan berwawasan luas. Ia sangat dekat dengan bendara putrinya. Pada saat bendara putrinya mengalami kebingungan, Cangik bisa diajak berembug untuk mencari solusi. Ketika bendara putrinya berduka, Cangik tampil bernyanyi dan menari untuk menghiburnya.

Banyak orang beranggapan bahwa Cangik bukanlah abdi biasa, ia dapat berperan ganda sesuai dengan kebutuahan bendara putrinya. Bahkan bagi si bendara putri, Cangik dapat dijadikan pengganti orang tuanya dalam hal nasihat-nasihat yang dibutuhkan.

Peran ganda itulah yang kemudian memposisikan Cangik sebagai juru penerang dan sekaligus juru penghibur kepada bendaranya dan juga kepada masyarakat luas.

herjaka HS

Semar, Gareng, Petruk, Bagong

Semar, Gareng, Petruk, Bagong

Dalam perkembangan selanjutnya, hadirnya Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).

Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.

Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Sudah dipaparkan pada dua tulisan sebelumnya, bahwa Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).

Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya. Posisi pancer berada ditengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia diciptakan di awali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (bayi, dalam konteks ini adalah pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin, untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil.

Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan.

Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir. Sang Sangkan Paraning Dumadi.

(herjaka)

Cantrik

Figur Wayang Cantrik

Tokoh Cantrik ditampilkan dalam wayang kulit purwa dengan roman muka yang gembira dengan plelengan. Hidungnya ndelik atau sumpel. Bermulut sunthi dengan kumis tipis, kadang ada yang berjenggot dan berjabang. Perut buncit, memakai rompi dan memakai celana pocong dagelan. Kepalanya memakai kethu, semacam topi. Dipunggungnya, kemana-mana menyandang sabit.
(wayang buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono)
Cantrik

Cantrik termasuk panakawan, namun tidak panakawan baku seperti halnya: Semar, Gareng, Petruk dan Bagong (panakawan tengen) atau pun Togog dan Bilung (panakawan kiwa). Cantrik merupakan panakawan morgan atau panakawan sampingan dan tidak baku. Walaupun tidak baku kehadiran Cantrik dalam wayang kulit purwa cukup penting. Ia hadir sebagai pengiring pendeta atau begawan, baik pendeta yang berujud raksasa maupun pendeta yang berujud ksatria, di sebuah pertapaan atau percabaan.

Pada pagelaran wayang kulit Purwa, adegan percabaan ini merupakan kelanjutan dari adegan gara-gara, ketika para panakawan tengen (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) selesai bersenang-senang menghibur, lalu mengantar seorang ksatria menuju percabaan untuk memohon pencerahan kepada pendeta yang bersangkutan. Dalam adegan percabaan ini biasanya seorang dalang memanfaatkan bertemunya Cantrik dan Semar Gareng, Petruk, Bagong dengan guyonan yang lucu dan konyol.

Sesungguhnya Cantrik merupakan penggambaran seseorang yang sedang menuntut ilmu kepada pendeta atau begawan di padepokan atau percabaan. Sistem pengajaraannya menggunankan sistem khusus, yaitu sistem pengajaran paguron. Dalam sistem paguron ini, para Cantrik (laki-laki) dan Mentrik (perempuan) juga menjadi bagian dari keluarga, mereka tinggal makan dan bekerja bersama serta berfungsi sebagai pelayan atau pengasuh.

Tokoh Cantrik jarang diceritakan secara khusus, kecuali tokoh cantrik yang bernama Janaloka. Cantrik yang satu ini menjadi terkenal karena keinginannya memperistri Endang Pergiwa dan ssaudara kembarnya Endang Pergiwati. Pergiwa dan Pergiwati adalah anak Arjuna dengan Endang Manuhara yang tinggal bersama eyangnya Begawan Sidik Wacana di percabaan Andong Sumiwi. Pada suatu hari kedua putri kembar itu ingin menemui Arjuna ayahnya di keraton Ngamarta. Begawan Sidik Wacana mengutus Cantrikanya untuk mengantar kedua cucunya menemui ayahnya. Namun di tengah jalan Cantrik Janaloka yang seharusnya melindungi Endang Pergiwa dan Endang Pergiwati, malahan berniat memperistrinya. Namun sebelum niat Cantrik Janaloka kesampaian, ia keburu mati ditangan para Korawa.

Cerita ini menggambarkan seseorang yang memiliki keinginan, namun tidak ‘ngilo githoke dhewe,’ tidak melihat kekuatan dan kenyataan yang dimilikinya. Dan juga merupakan penggambaran dari abdi yang tidak setia kepada gurunya yang selama ini telah membimbingnya. Diibaratkan pagar makan tanaman yang seharusnya dijaga malah dirusak sendiri.

herjaka HS

Danaraja

Figur wayang danareja

Danaraja dalam bentuk wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya. (foto: Sartono)

Danaraja

Danaraja atau Wisrawana adalah anak Prabu Lokawarna raja negara Lokapala yang berpasangan dengan Dewi Lokawati. Ketika Dewi Lokawati melahirkan, Batara Brahma datang. Ia menyaksikan bayi yang dilahirkan Dewi Lokawati mirip sekali dengan ayahnya, maka diberilah nama Wisrawana. Nama Wisrawana ini di sesuaikan dengan nama Wisrawa, yang adalah nama ayahnya sebelum menjadi raja. Setelah Wisrawana dewasa, ia mendapat warisan tahta negara Lokapala, dan menjadi raja bergelar Prabu Danaraja atau Danapati.

Semenjak tahta pemerintahan negara Lokapala dipasrahkan kepada Wisrawana, Prabu Lokawarna meninggalkan negeri Lokapala untuk bertapa di pertapaan Girijembangan, dengan sebutan Begawan Wisrawa.

Salah satu cacatan suram yang pernah menghampiri negara Lokapala dalam pemerintahan Prabu Danaraja adalah, ketika begawan Wisrawa dimohon oleh Prabu Danaraja untuk melamarkan Dewi Sukesi melalui sayembara yang digelar di Negara Alengkadiraja. Pada waktu itu Begawan Wisrawa atas nama Prabu Danaraja anaknya, berhasil memenangkan sayembara dengan membedhah ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.

Dengan keberhasilan tersebut, Dewi Sukesi menjadi haknya Begawan Wisrawa. Namun Dewi Sukesi bukanlah barang yang dapat diperlakukan seenaknya oleh Begawan Wisrawa. Ia tidak mau diberikan kepada Danaraja anaknya. Bukankah yang berhasil membedah ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah Wisrawa? Oleh karenanya Dewi Sukesi memasrahkan jiwa-raga hanya kepada Begawan Wisrawa.

Sejatinya Begawan Wisrawa sendiri telah tak berdaya saat membedhah ‘ilmu sakti’ Sastrajendra dihadapan kemolekan Dewi Sukesi. Ada magnet yang amat kuat, yang tidak mungkin dilepaskan Begawan Wisrawa.

Maka pada akhirnya Begawan Wisrawa dengan sadar memilih untuk tidak menyerahkan hasil lamarannya kepada Danaraja anaknya, melainkan hasil lamarantersebut untuk dirinya sendiri. Atas keputusan sang pemenang tersebut, Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi diresmikan menjadi sepasang suami istri oleh Pabu Sumali di negara Alengkadiraja

Tentu saja Danaraja menjadi marah, ia mendatangi ayahnya di Alengkadiraja untuk minta pertanggungjawaban sebagai orang tua. Wisrawa merasa bersalah, namun tidaklah mungkin untuk menyerahkan Dewi Sukesi kepada Danaraja. Dan perang tanding pun tidak dapat dihindari. Para Dewa di kahyangan merasa gerah atas perang tanding antara bapak dan anak yang telah berlangsung berhari-hari.

Peperangan harus segera dihentikan, demikian Batara Guru yang adalah rajanya dewa memerintahkan kepada Batara Narada patihnya, untuk melerai pertikaian tersebut.

Atas perintah Batara Guru, Batara Narada segera turun ke Arcapada (dunia) untuk melerai yang sedang bertikai. Dikatakan kepada keduanya, bahwa kejadian ini sudah sesuai dengan rencana para dewa, jodoh Dewi Sukesi adalah Wisrawa. oleh karenanya Danaraja harus menerima kenyataan ini.

Dengan penjelasan Batara Narada, Prabu Danaraja mau menerima kenyataan yang terjadi. Dengan kebesaran hati Prabu Danaraja, ia diangkat menjadi Dewa dengan sebutan Batara Danaraja. Ia menjadi dewanya harta benda, dan tinggal di Kahyangan Wukir Kaliasa dan lebih dikenal dengan sebutan Batara Kwera.

herjaka HS

Seta

Figur Wayang Seta

Raden Seta adalah anak sulung Prabu Matswapati raja Wirata yang berpasangan dengan Dewi Rekatawati. Seta berarti putih, nama tersebut diberikan karena Raden Seta berkulit putih. Selain berarti putih Seta berasal dari kata ‘set’ atau belatung. Nama tersebut berkaitan dengan kelahiran Seta. Ada yang mengatakan bahwa Seta lahir dari set atau belatung yang ada di tubuh Dewi Durgandini, saudara kembar Prabu Matswapati, jadi tidak dilahirkan oleh Dewi Rekatawati istri Prabu Matswapati.

Konon dikisahkan, Dewi Durgandini menderita penyakit kulit, hingga sekujur tubuhnya dikerumuni oleh set dan menebarkan bau amis. Penyakit yang telah menaun tersebut dapat disembuhkan oleh Begawan Palasara. Karena jasanya, Begawan Palasara dinikahkan dengan Dewi Durgandini. Setahun setelah menikah, Dewi Durgandini melahirkan anak yang diberi nama Abiyasa. Pada saat kelahiran Abiyasa ada set yang keluar bersamaan dengan bayi Abiyasa. Diperkirakan bahwa set tersebut merupakan sisa dari penyakit yang pernah diderita oleh Dewi Durgandini. Set tersebut kemudian disabda oleh Begawan Palasara maka jadilah seorang bayi dan diberi nama Seta. Raden Seta kemudian dijadikan anak sulung oleh Prabu Matswapati atau Raden Durgandana, saudara kembar Dewi Durgandini.

Seta adalah seorang yang pemberani, mempunyai ilmu-ilmu tingkat tinggi, dan pusaka sakti. Batara Narada pernah meminta bantuan kepada Seta untuk mengundurkan pasukan Pancalaretna pimpinan Prabu Malangkara atau Malangdewa, yang menyerang kahyangan Suduk Pangudal-udal. Atas jasanya mengalahkan Prabu Malangkara, Seta mendapatkan Dewi Kanekawati, putri Batara Narada.

Sebagai si sulung, sesungguhnya Seta akan diangkat sebagai putra mahkota, namun ia lebih senang menjalani laku sebagai petapa. Oleh karenanya sebagian besar dari waktunya dihabiskan di pertapaan Suhini, yang terletak di lereng gunung Selaperwata atau gunung Ulu-ulu.

Walupun menjadi petapa, Seta adalah beteng Negara Wirata yang kuat dan tangguh. Pernah pada suatu waktu, Seta bersama Bima dan Harjuna berhasil mengundurkan musuh gabungan dari Negara Trigatra dan Negara Hastina yang sudah berhasil menangkap Prabu Matswapati dan hampir saja menduduki kraton Wirata.

Ketika perang Baratayuda meletus, Seta diangkat sebagai panglima perang Pandawa untuk yang pertama kalinya. Di medan laga Seta berhasil memporak-porandakan lawan. Raden Rukmarata, putra Prabu Salya gugur di tangan Seta. Resi Bisma yang diunggul-unggulkan di Hastina, jika tidak dibantu ibunya, yaitu Dewi Ganggawati kewalahan tanding dengan Seta.

Jika sesuai dengan namanya, Seta artinya putih, maka penggambaran Seta dalam pewayangan berwajah putih. Namun kebanyakan wayang Resi Seta bermuka merah, untuk menggambarkan watak pemberani, tegas ‘getapan.’

herjaka HS

Matswapati

Figur Wayang Matswapati

Matswapati dalam bentuk wayang kulit,
koleksi museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Matswapati

Di wilayah yang terletak di sebelah timur negara Dwarawati dan si sebelah selatan negara Mandura, Raden Srinada membuka hutan dan kemudian membangun sebuah kerajaan yang diberi nama Wirata. Selanjutnya Raden Srinada memerintah kerajaan tersebut dengan gelar Prabu Basurata. Setelah lanjut usia tahta negara Wirata diwariskan kepada salah satu anaknya yang bernama Prabu Basukesti. Selanjutnya, dari tangan Prabu Basukesti, tahta Wirata diwariskan kepada Raden Durgandana yang setelah naik tahta bergelar Prabu Matswapati.

Di bawah masa pemerintahan Prabu Matswapati inilah negara Wirata mencapai jaman keemasan. Dikenal diseluru penjuru dunia, disegani oleh lawan maupun kawan. Hal tersebut tidak lepas dari dukungan seluruh kawula Wirata dan peran ketiga putra raja yang menjadi beteng negara Wirata yatiu Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka.

Prabu Matwapati banyak membantu Pandawa Lima yang teridi dari Yudistira, Bimasena, Harjuna, Pinten dan Tangsen, pada waktu mereka membuka hutan untuk mendirikan keraton. Juga pada masa Yudistira dan kelima saudaranya dalam pembuangan.

Bagi Pandawa, Prabu Matswapati adalah dewa penolong, yang telah mengangkat Pandawa dari dalam keterpurukan. Demikian pula sebaliknya, bagi Prabu Matswapati, Pandawa adalah dewa penyelamat, yang telah menyelamatkan negara dan dirinya dari kehancuran dan kematian, ketika negara Wirata diserbu oleh prajurit gabungan dari negara Trigata dan Negara Hastina yang dipimpin oleh Prabu Susarma. Bima yang pada waktu itu menyamar sebagai jagal di Wirata dan Harjuna yang menyamar sebagai guru tari, berhasil membebaskan Prabu Matswapati yang telah ditawan, dan mengundurkan musuh.

Pada peristiwa paling berdarah sepanjang sejarah negara Wirata, yang dikenang dengan sebutan Geger Wirata tersebut, Prabu Matswapati mengira bahwa yang berhasil merebut dirinya dari tangan musuh dan mencerai-beraikan pasukan lawan adalah ketiga anaknya. Maka ketika mengetahui dengan senyatanya bahwa yang menolong dirinya adalah Bima dan Harjuna, ada perasaan bersalah dan beban dosa di hati Prabu Matswapati karena tidak mengenali ksatria utama yang telah bergabung setahun lalu, sebagai pembantu berderajat rendah di Negara Wirata.

Semenjak peristiwa tersebut kedekatan hubungan antara Prabu Matswapati dan Pandawa melebihi saudara. Diantara mereka merasa saling berhutang budi. Oleh karenanya ketika perang Baratayuda pecah, Prabu Matswapati beserta seluruh prajuritnya secara resmi menyatakan bergabung dengan Pandawa. Bahkan Prabu Matswapati, Seta, Utara dan Wratsangka bersedia sebagai ‘tawur perang’ korban perang untuk yang pertama kali.

Prabu Matswapati menikah dengan Dewi Rekatawati dan mempunyai empat anak yaitu: Raden Seta, Raden Utara, Raden Wratsangka dan Dewi Utari..

herjaka HS

Utari

Figur Wayang Utari

Dewi Utari, (tanpa samir) dalam bentuk wayang kulit purwa,
koleksi museum Tembi Rumah Budaya,
buatan Kaligesing Purworejo (foto: Sartono)
Utari

Dewi Utari adalah putri bungsu dari empat bersaudara, anak pasangan Prabu Matswapati atau Prabu Durgandana, raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Rekatawati, putri angkat Resi Palasara dengan Dewi Durgandini. Ke tiga kakak Dewi Utari adalah Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka.

Dewi Utari disebut sebagai ‘babone ratu’ yaitu yang menjadi induk dari ratu. Hal tersebut dikarenakan ia mendapatkan anugrah Wahyu Hidayat, yang menandai bahwa dirinya kelak akan menurunkan raja besar. Oleh karenanya Kresna yang mengetahui hal itu menginginkan agar Abimanyu, yang akan menurunkan raja dikarenakan mendapatkan anugerah Wahyu Cakraningrat memperistri Utari. Dengan demikian antara Wahyu Cakraningrat dan Wahyu Hidayat akan menyatu di dalam keturunan Abimanyu dan Utari.

Jika pun ada yang mengabarkan bahwa perkawinan antara Abimanyu dan Utari melalui sayembara ‘Pondong,’ tentunya hal tersebut hanyalah sebagai cara untuk mengesahkan perkawinan diantara keduanya. Karena wahyu Hidayat itulah, tidak ada laki-laki yang kuat memondong Utari, kecuali laki-laki yang mendapatkan Wahyu Cakraningrat, yaitu Abimanyu. Walaupun sesungguhnya Abimanyu sudah beristri Siti Sendari, para sesepuh yang berpengaruh yaitu Prabu Kresna dan Prabu Matswapati menyetujui dan mengesahkan perkawinan antara Abimanyu dan Utari.

Namun bukan berarti perkawinan Abimanyu dan Utari yang telah diberi restu tersebut berlangsung lancar. Ada dua prahara yang mengiring perkawinan keduanya, yaitu gugurnya Kala Bendana dan dan sumpah Abimanyu. Kala Bendana gugur di tangan Gatotkaca keponakannya dalam upaya menegakkan kejujuran karena mengatakan hal yang sejujurnya bahwa Abimanyu telah beristri Dewi Siti Sundari. Sedangkang Sumpah Abimanyu merupakan penyangkalan dari apa yang dikatakan Kala Bendana di hadapan Dewi Utari yang menyatakan bahwa dirinya belum berisitri. Aku bersumpah jika aku sudah beristri, kelak dalam perang Baratayuda aku akan gugur dengan seribu luka. Demikian sumpah Abimanyu.

Dewi Utari adalah seorang putri yang cantik jelita, dan dikasihi dewa. Ia berperangai lembut dan berwatak halus, berwibawa dan setia berbakti. Hasil pernikahan Utari dengan Abimanyu, lahirlah seorang anak laki-laki dan diberi nama Parikessit. Seperti telah diramalkan para cerdik pandai, Parikesit menjadi raja besar di Hastiapura.

Herjaka HS

Gatotkaca 3

Figur Wayang Gatot kaca

Gatotkaca, dalam bentuk wayang kulit, hasil karya dari Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (Foto: Sartono)
Gatotkaca

Sejak kekalahannya melawan Dursala, Gatotkaca berguru kepada eyangnya yang bernama Resi Seta, di pertapaan Suhini di gunung Sela Perwata. Untuk mengalahkan aji Gineng yang dimiliki Dursala, Gatotkaca diberi ajian sakti yang bernama Aji Narantaka. Barang siapa terkena ajian ini akan hancur menjadi debu. Ajian ini sesungguhnya merupakan kekuatan alam yang terdiri dari: bumi. api, air dan angin. Siang malam Gatotkaca menjalani laku untuk belajar menggunakan energi bumi yang kuat, energi api yang panas, energi air yang dingin dan energi angin yang ringan. Tahapan demi tahapan, baik lahir maupun batin dijalani oleh Gatotkaca untuk mematangkan Aji Narantaka.

Setelah menuntaskan aji Narantaka, Gatotkaca turun gunung dan ingin segera berperang kembali dengan Dursasana yang telah mengalahkannya. Di tengah jalan ia bertemu dengan Dewi Sumpaniwati yang mengungkapkan niatnya agar dirinya dijadikan istri oleh Gatotkaca. Menurut pengakuannya, Dewi Sumpaniwati jatuh hati kepada Gatotkaca sejak ia bermimpi memadu-kasih dengannya. Permohonan Dewi Sumpaniwati ditolak. Saat ini fokus utama tidak pada wanita, melainkan kepada Dursala. Namun Sumpaniwati tidak mau menarik niat, ia bersikeras untuk diperistri Gatotkaca.

Gatotkaca marah, dengan nada tinggi ia berkata bahwa dirinya mau memperistri Sumpaniwati asalkan ia kuat menghadapi Aji Narantaka. Pada saat itu Dewi Wilutama masuk ke diri Sumpaniwati sehingga ia kuat menerima aji Narantaka. Semula, ketika pertamakali berjumpa sesungguhnya Gatotkaca mengakui kecantikan Sumpaniwati, hanya saja ia sengaja menolaknya karena ada hal yang lebih mendesak untuk dilakukan terlebih dahulu, yaitu mengalahkan Dursala. Namun dikarena kesaktiannya Sumpaniwati yang kuat menerima aji Narantaka, Gatotkaca berubah pikiran. Dengan serta merta dipondongnya Dewi Sempaniwati yang sintal untuk kemudian dijadikannya istri.

Resi Sumpanajati menyetujui putri tunggal diambil istri oleh Raden Gatotkaca. Demikian pula Batara Kresna menyetujui perkawinan tersebut. Oleh Batara Kresna nama Dewi Sumpaniwati diganti dengan nama Dewi Galawati, karena perkawinan ini terlaksana setelah Dewi Sumpaniwati di ’gala’ dengan Aji Narantaka.

Setelah semuanya selesai, Gatotkaca menuju Tegal Kurusetra untuk menantang Dursala berperang tanding. Walaupun pada akhirnya Dursala dapat dihancurkan dengan aji Narantaka, perang tanding itu cukup memakan waktu lama, keduanya menunjukkan kesaktiannya dengan mengeluarkan jurus-jurus andalan.

Gatotkaca dicatat sebagai pahlawan bangsa, karena pengorbanannya dalam membela negara. Sifat kepahlawannannya nampak menonjol ketika terjadi perang Baratayuda. Walau disadari bahwa di dalam tubuhnya telah bersarang warangka pusaka Kuntawijayandanu, Gatotkaca dengan gagah berani menghadapi Adipati Karno.

Pada saat senjata pamungkas yang adalah Kuntawijayandanu dibidikkan dan mengancam Padepokan Randu Watangan tempat Puntadewa dan para pepunden berada, Gatotkaca terbang secepat kilat membendung serangan itu. Secepat kilat pula Kuntawijayandanu masuk kesarungnya, kembali ke wadahnya melalui pusar Gatotkaca, dan menjadi satu dengan raga Gatotkaca.

Hari kesepuluh sesudah perang Baratayuda berlangsung, Gatotkaca gugur di medan laga ditembus panah Kuntawijayandanu dan jatuh menimpa kereta Adipati Karno. Kematian Gatotkaca disatu sisi telah menyelamatkan Puntadewa namun disisi lain telah membawa banyak korban di pihak Kurawa, Awangga dan juga Pringgandani.

Kelak dikemudian hari sifat kapahlawanan Gatotkaca diwarisi oleh Jayasumpena, anaknya hasil perkawinannya dengan Dewi Galawati.

herjaka HS

Gatotkaca 2

Gatot Kaca

Gatotkaca, dalam bentuk wayang kulit, hasil karya dari Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (Foto: Sartono)
Gatotkaca 2

Sejak bayi, Raden Tetuka atau Raden Gatotkaca telah menunjukkan kelebihannya. Tali pusarnya yang tidak dapat dipotong dengan berbagai macam senjata tajam, kecuali dengan sarung pusaka Kunta Wijayandanu, menandakan bahwa ia bukanlah bayi sembarangan. Ditambah lagi dengan melesaknya sarung pusaka Kunta Wijayandanu ke dalam pusar Gatotkaca dan menyatu dengan tubuhnya, menjadikan bayi Gatotkaca tidak sama dengan bayi pada umumnya. Oleh karenanya ia dipilih menjadi jagonya dewa untuk memerangi musuh sakti yang memporak-porandakan kahyangan.

Pada mulanya kedua orang tua dari Gatotkaca yaitu Wrekudara dan Arimbi, tidak memperbolehkan Gatotkaca yang masih bayi dijadikan jago oleh para dewa untuk melawan Patih Sekipu dan Prabu Naga Pracona. Namun setelah dijelaskan oleh Batara Narada bahwa hanya bayi Gatotkaca yang dapat mengalahkan Patih Kala Sekipu dan Prabu Naga Pracona, Wrekudara dan Arimbi memperbolehkan bayi Gatotkaca dibawa di kahyangan.

Sesampainya di kahyangan, Batara Narada langsung menuju Repat Kepanasan, tempat Prabu Naga Pracona dan Patih Sekipu menunggu jawab, boleh atau tidaknya Dewi Gagar Mayang diboyong ke negara Ngembat Keputihan. Kehadiran Batara Narada bersama Gatotkaca mengejutkan mereka. Terlebih ketika diketahuinya bahwa bayi yang dibawa Narada adalah jagonya para dewa, yang harus terlebih dahulu dikalahkan sebelum memboyong Dewi Gagar Mayang.

Ha ha ha, rupanya dewa sudah kehilangan nalar, karena saking takutnya seorang bayi di jadikan jago untuk melawan kami, ledek Prabu Naga Pracona dan Patih Kala Sekipu, beserta bala raksasa. Namun tatkala Kala Sekipu ingin membunuh Gatotkaca dengan sekali gigit, tawa mereka berhenti seketika. Gatotkaca tidak terluka karena gigitan Kala Sekipu. Bahkan ia dapat melepaskan diri dari terkamannya. Kala Sekipu marah, Gatotkaca dibanting hingga pingsan. Narada segera mohon waktu untuk memulihkan tenaga Gatotkaca.

Gatotkaca dipasrahkan kepada empu Anggajali agar ditempa di kawah Candradimuka dengan berbagai macam pusaka kahyangan. Pusaka yang dihujamkan tersebut satu-persatu masuk ke tubuh Gatotkaca, seperti warangka Kunta Wijayandanu yang masuk di pusar Gatotkaca. Dalam sekejab Gatotkaca telah menjelma menjadi anak perkasa yang kebal terhadap berbagai macam senjata tajam.

Patih Kala Sekipu dibuat semakin kesulitan untuk mengalahkan Gatotkaca. Setiap kali Kala Sekipu menghajarnya, Gatotkaca justru bertumbuh menjadi besar. Hingga akhir menjadi manusia dewasa yang perkasa dan sakti mandraguna. Kala Sekipu dan Naga Pracona mati di tangan Gatotkaca.

Sejak peristiwa itu nama Gatotkaca melambung tinggi. Ia dikenal sebagai ksatria muda yang sakti mandraguna, berotot kawat dan bertulang besi. Oleh rakyat Pringgandani yang sebagian besar raksasa, Gatotkaca diangkat menjadi raja.

Tidaklah heran, sebagai anak muda yang sakti dan mempunyai jabatan tertinggi, Gatotkaca ingin memamerkan kesaktian dan kekuatannya. Demi tujuan tersebut Gatotkaca mengumpulkan prajurit dan ksatria untuk melakukan latihan perang di Tegal Kurusetra. Tindakan Gatotkaca tersebut sangat mengejutkan. Karena dilakukan di Tegal Kurusetra, beberapa bulan sebelum perang Baratyuda meletus, tanpa memberi tahu terlebih dahulu kepada pihak Kurawa dan juga pihak Pandawa.

Tindakan Gatotkaca tersebut telah memancing Dursala calon senapati perang dari pihak Kurawa, yang adalah anak Dursasana, mendatangi perkemahan Gatotkaca untuk menantang perang tanding.

Gatotkaca yang adalah jagonya para dewa, sakti mandraguna, otot kawat balung wesi, jatuh terpuruk di kaki Dursala yang mempunyai aji gineng. Gatotkaca merasa malu, dan menyadari bahwa kesaktiannya belum cukup untuk menandingi Dursala. Ia meninggalkan Dursala dan berjanji akan menemuinya kembali untuk mengalahkannya.

herjaka HS

wayang Sembadra

wayang Sembodro

Sembadra dalam rupa wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Sembadra

Sembadra adalah anak Basudewa, raja Mandura, yang berpasangan dengan Dewi Badraini. Sembadra adalah seorang putri yang cantik jelita, kulitnya hitam manis. Oleh karena itu ia juga disebut Dewi Rara Ireng, kakak-kakaknya sering memanggilnya dengan sebutan mrenges yang artinya hitam.

Walaupun ia anak seorang raja besar, sejak kecil Sembadra tidak pernah merasakan kehidupan di istana. Karena ia dititipkan di Kademangan Widara Kandang bersama dengan kedua kakaknya yaitu Kakrasana dan Narayana, dan diasuh oleh Demang Antyagopa dan Endang Segopi. Penitipan tersebut dilakukan oleh Prabu Basudewa secara rahasia, demi langkah penyelamatan. Dikarenakan ketiga anak Prabu Basudewa tersebut diincar oleh Raden Kangsadewa untuk dibunuh.


Ketika kakaknya Narayana menjadi raja Dwarawati, Sembadra ikut kakaknya sampai akhirnya dilamar oleh Arjuna. Walau akhirnya Sembadra menjadi istri Arjuna, pada awalnya Kakrasana tidak menyetujui, karena Sembadra akan dijodohkan dengan Burisrawa anak Prabu Salyantaka raja Mandaraka.

Kisah perkawinan Sembadra dengan Arjuna ini terdapat dalam lakon Parta Krama. Parta adalah nama lain dari Arjuna.


Diceritakan bahwa barang siapa yang ingin melamar Sembadra, Baladewa mengajukan syarat-buat yang tidak mudah dipenuhi oleh orang-orang pada umumnya, diantaranya: ‘saka domas bale kencana,’ gamelan lokananta, kereta kencana yang ditarik oleh 144 ekor kuda ‘pancal panggung,’ yakni kuda yang kakinya berwarn putih mulai dari lutut ke bawah, dan kera putih yang dapat menari di atas ‘pecut penjalin tingal’.


Dibantu oleh kerabat Pandawa dan para dewa, Arjuna dapat memenuhi semua syarat yang diajukan oleh Kakrasana. Sembadra adalah sosok wanita yang mendapat wahyu raja dan kelak akan menurunkan raja besar, oleh karenanya ia dijuluki dengan ‘babone ratu.’


Dari perkawinan dengan Arjuna, Sembadra melahirkan seorang anak laki-laki bernama Abimanyu.

Nama lain Sembadra adalah: Dewi Bratajaya (ketika masih muda), Lara Ireng (berkulit hitam manis), Kendeng Retnali (ketika menyamar di Kedemangan Widara Kandang) dan Mrenges (biasa dipanggil oleh kakak-kakaknya).

herjaka HS

Gatot kaca

Gatot Kaca

Gatotkaca, dalam bentuk wayang kulit, hasil karya dari Kaligesing Purworejo,
koleksi Museum Tembi Rumah Budaya (Foto: Sartono)
Gatot kaca

Gatotkaca adalah anak Raden Wrekudara atau Bima, dari istri nomor dua yaitu Dewi Arimbi, adik seorang raja raksasa dari Pringgondani. Pada waktu lahir, Gatotkaca telah menunjukkan keistimewaannya dibandingkan dengan bayi pada umumnya. Keistimewaan tersebut nampak pada tali pusar bayi Gatotkaca. Tali pusar yang menyatukan antara pusar Gatotkaca dan plasenta tersebut tidak dapat dipotong dengan berbagai senjata tajam. Oleh karena hal itu, Wrekudara dan juga kerabat Pandawa merasa prihatin dan berupaya mencari senjata yang dapat memotong tali pusar bayi Gatotkaca.

Bersamaan dengan kesulitan yang dihadapi para Pandawa, para Dewa pun berada dalam kesulitan. Pasalnya tempat kahyangan para dewa telah dikepung oleh Prabu Naga Pracona bersama dengan Patih Kala Sekipu dan bala tentara raksasa dari negara Ngembat Keputihan. Tak satu pun diantara para dewa yang dapat mengalahkan dan mengusir Patih Kala Sekipu dan Prabu Naga Pracona. Jika Dewi Gagar Mayang tidak diberikan kepada Prabu Naga Pracona, kahyangan akan dibumi hanguskan.

Mengetahui akan kesaktian bayi Gatotkaca, Batara Guru mengutus Batara Narada mengirim pusaka sakti yang bernama Kuntawijayandanu kepada Arjuna agar dapat digunakan memotong tali pusar bayi Gatotkaca. Tetapi jika nanti tali pusar bayi telah putus, hendaknya Wrekudara dan para kerabat Pandawa merelakan bayi Gatotkaca dibawa ke kahyangan untuk dijadikan jago para dewa dalam menghadapi musuh sakti.

Batara Narada yang turun ke arcapada dengan membawa panah pusaka Kuntawijayandanu yang sedianya akan diberikan kepada Arjuna, ternyata keliru diberikan kepada Suryatmaja. Akibatnya diantara kedua ksatria yang hampir sama wajahnya itu saling berebut pusaka Kuntawijayandanu. Arjuna mendapat ‘warangka’ atau wadahnya, sedangkan Suryatmaja membawa pusakanya. Atas kejadian tersebut Batara Narada memohon maaf kepada Arjuna dan meyakinkan bahwa dengan wadah Kuntawijayandanu, talipusar Gatotkaca dapat dipotong.

Benar apa yang dikatakan Batara Narada, tali pusar Gatotkaca dapat putus dengan warangka Kunta Wijayandanu. Keelokan terjadi, bersamaan dengan putusnya tali pusar Gatotkaca, warangka Kuntawijayandanu hilang musnah, melesak di pusar Gatotkaca.

Selanjutnya, bayi Gatotkaca dibawa ke kahyangan. Namun sebelumnya, Gatotkaca yang masih bayi dimasukan ke kawah Candradimuka agar menjadi satria yang sakti mandraguna. Oleh Batara Guru, Gatotkaca diberi pusaka berupa: Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan alas kaki bernama Terumpah Padakacerma.

Dalam usia yang relatif muda Gatotkaca diwisuda menjadi raja para raksasa di negara Pringgandani yang adalah warisan dari Dewi Arimbi ibunya, dengan gelar Prabu Anom Gatotkaca. Ia beristri tiga orang yakni: Dewi Pergiwa, Dewi Sumpaniwati dan Dewi Suryawati. Dari ketiga istri tersebut Gatotkaca menurunkan tiga anak laki-laki, yakni: Sasikirana, Jayasumpena, dan Suryakaca.

Nama lain Gatotkaca adalah: Tutuka, Purubaya, Arimbiatmaja, Krincingwesi, Guruputra, Surya Narada, Senaputra, Bendarares.

Menurut cerita wayang versi India, Gatotkaca adalah anak seorang Raseksi Hidimbi, oleh karenanya Gatotkaca lahir sebagai bayi yang berparas raksasa dengan kepala gundul. Sangat berbeda dengan cerita wayang di Jawa bahwa Gatotkaca adalah satria gagah tampan berpakaian serba gemerlap.

herjaka HS

WATAK KELAHIRAN RABU PAHING

WATAK KELAHIRAN RABU PAHING
orang yang lahir pada Weton Rabu Pahing memiliki sifat di antaranya : Orang-orang ini suka mempertimbangkan segala sesuatu sebelum melakukan suatu tindakan. Mereka akan merenungkan segala kemungkinan hingga puas terhadap hasil yang dapat dicapai. Kelompok ini mungkin terlihat cukup santai, tetapi jangan terkecoh! Mungkin dikarenakan sedikit rasa kurang percaya diri yang membuat mereka bersikap angkuh. Namun, tidak dapat dipungkiri banyak peramal Jawa juga mengatakan bahwa mereka memang tidak suka berbagi dengan yang lain. Kewaspadaan mereka mungkin terlihat berlebihan saat rasa curiga mereka timbul. Orang-orang ini sangat perlu belajar untuk bersikap lebih santai dan menurunkan pertahanan mereka. Untungnya mereka memiliki prinsip untuk tidak mencampuri urusan orang lain.
orang yang lahir pada weton tersebut memiliki Mongso Kasadasa. adapun Sifat/karakter orang yang lahir pada Mongso KASADASA Yakni Gedhong Minep Jroning Kayun
lahir pada tanggal 27 Maret - 19 April
KEADAAN UMUM

Mereka yang terlahir pada tanggal 27 Maret - 19

April, adalah kelahiran mangsa "KASADASA",
dapat juga di sebut sebagai Orang Kasadasa. Pada mangsa Kasadasa, sering terdengar desiran angin kencang, karena pada saat itu adalah perubahan musim, dari musim hujan ke musim kemarau, dengan candranya, "Gedhong Minep Jroning Kayun", yang artinya "Pintu Gerbang Tertutup Didalam Hati". Lamanya orbit 24 hari, dalam pengaruh Resi Bisma. Disebut juga mangsa Mareng. Resi Bisma mempunyai sifat teguh hati dan pemberani. Tidak mau mengalah, karena mempunyai jiwa militer, yang berarti disiplin dan tegas. Mau mengalahkan tetapi tidak mau dikalahkan. Dia hanya tunduk kepada orang yang dihormati dan disegani. Seperti dikisahkan dalam dunia pewayangan bahwa Bisma merelakan warisan tahtanya demi menghormati dan rasa cintanya kepada ayahnya. Agar tidak mempunyai keturunan, maka Bisma tidak menikah seumur hidupnya "Wadad". Suatu gambaran betapa

teguh dan tegas pendirian Bisma, walau untuk itu dia harus menderita. Orang yang terlahir dalam pengaruh Resi Bisma ini mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, baik terhadap keluarga maupun terhadap lingkungannya. Kesadarannya bermasyarakat sangat tinggi. Dia sangat membenci ketidakadilan, berani mendobrak segala sesuatu yang dianggapnya mengkorup norma prikemanusiaan. Bahkan kalau memang dibutuhkan dia rela mempertaruhkan harta maupun kedudukannya demi membela kebenaran. Prinsipnya sangat kuat dan idealis. Banyak orang KASADASA yang hidupnya membujang atau menikah terlambat, karena lebih mengutamakan perjuangan untuk adik-adiknya daripada memikirkan diri sendiri. Karena dia berpikir dengan dia kawin maka akan merepotkan perjuangannya untuk adik-adik dan orangtuanya. Dibantunya orang tua untuk mensukseskan adik- adiknya, baik sekolah maupun sampai berumah tangga. Dia sendiri mengalah sampai tua. Sifat keras kepalanya itulah yang membuat tidak ada orang lain yang dapat menasehatinya. Semua langkah yang diambilnya adalah langkahnya sendiri. Dalam tata kehidupan, dia adalah orang yang mandiri, tidak mau diperintah dan sulit untuk tunduk kepada kemauan orang lain. Maka mangsa "Kasadasa" dicandra "Gedhong Minep Jroning Kayun", yang artinya "Tertutup Pintu Hatinya". Terbukti didalam kehidupan nyata, bahwa orang Kasadasa angkuh dan mudah tersinggung, tetapi agak pemalu. Pendapatnya tidak bisa dirubah orang lain, begitu pula kalau dia benci kepada seseorang, maka dendam itu tidak dapat lunas kalau tidak terbalas. Maka dikatakan pintu hatinya tertutup. Walau begitu, dia senang membela yang lemah, kalau itu dirasakan benar bagi dia. Tidak dapat orang menghasut untuk suatu pekerjaan yang tidak disenanginya. Karena kepekaan perasaan, hati yang keras dan pemalu. Maka orang Kasadasa sering jadi korban perasaan, sering sakit hati. Orang Kasadasa yang telah dewasa, lebih tegas dan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaannya. Lebih banyak menggunakan otak daripada otot. Langkah-langkahnya telah Nampak jelas, haluan dan tujuan hidupnya lebih jelas terbaca. Berani berkorban untuk kepentingan orang lain, walaupun untuk itu dia harus menderita, Sekali dia memutuskan sesuatu, tidak akan menariknya kembali. Sebagai orang yang dilahirkan denga pembawaan "Mandiri", maka orang "Kasadasa" dilengkapi oleh Tuhan suatu keistimewaan, yaitu pada otaknya. Pada umumnya orang "Kasadasa" rnempunyai kecerdasan yang luar biasa. Cepat dapat memecahkan suatu perkara dan pekerjaan yang pelik dan muskil. Karena keberanian dan kecerdasannya itulah yang mengangkat dia kepuncak karirnya. Banyak orang mengaguminya. Dia sangat tekun bekerja, kalau pekerjaan itu pilihannya. Karena dia adalah manusia yang tidak mau diperintah-perintah. Sebaliknya dia senang memerintah, karena dia merasa lebih dari yang lain. Itupun diakui oleh sahabat-sahabatnya, bahwa orang "Kasadasa" mempunyai banyak kelebihan.

KEADAAN ALAM SEMESTA

Mangsa "KASADASA" berpengaruh pada Alam Semesta, pada saat itu sedang mengalami peralihan musim. Musim hujan menghadapi perubahan ke musim kemarau. Walau terkadang masih turun hujan, tetapi tidak lebat. Hawanya masih sejuk, bahkan didaerah pegunungan masih terasa dingin. Angin berhembus kencang sekali dari arah Tenggara. Hembusan angin yang kencang itu terdengar berdesau-desau dan kadang merontokkan daun-daun. Pada peralihan musim itulah datangnya Naga Jatingarang, disebut Mareng. Tampaklah burung-burung Manyar membuat

sarang. Hewan-hewan ternak seperti sapi dan kerbau mulai bunting. Sedangkan di sawah tarnpaklah pemandangan yang indah bagaikan lautan emas. Tiada lain adalah padi yang telah menguning terhembus angin pegunungan. Bergelombang-gelombang bagaikan air samudera. Petani mulai panen. Panen atau menuai padi di sawah, adalah suatu saat yang paling gembira bagi masyarakat pedesaan. Bahkan pada saat tersebut di beberapa desa mengadakan pentas tayub, pentas wayang atau selamatan. Kesemuanya adalah suatu ungkapan rasa bersyukur atas rahmat yang telah dikaruniakan Tuhan kepada umat manusia.

KEADAAN FISIK

Orang "KASADASA" mempunyai bentuk fisik gagah berukuran sedang, wajahnya bulat telur, matanya bulat berbinar-binar, dengan sepasang alis yang cukup tebal. Hidungnya mancung, bibirnya sedang dengan ukuran mulut agak lebar. Tangan dan kakinya tidak begitu berotot. rambutnya lebat dan hitam, tetapi pada usia yang sangat muda sudah banyak rambutnya yang rontok. Dalam hal kesehatan fisik, maka orang Kasadasa cukup sehat. Orang Kasadasa jarang terserang penyakit yang berat. Hanya penyakit umum yang disebabkan oleh kelelahan atau kurang berhati-hati memilih makanan. Kadang-kadang terserang sakit perut dan mata berkunang-kunang, tapi itupun tidak berlangsung lama.

KEADAAN MASA KANAK-KANAK

Anak-anak yang terlahir pada mangsa Kasadasa ini umumnya mempunyai pembawaan watak yang keras dan tidak mau mengalah. Sering menonjolkan kenakalan dan kebandelan. Bila dia berbuat salah, tidak mau mengakui

kesalahannya itu. Kalau dia mendapat hukuman, menganggapnya bahwa yang memberi hukuman itu berbuat tidak adil. Entah siapa saja yang menangani dia, dalam pikirannya hanya terbayang musuh. Karena memang anak "Kasadasa" terlahir sebagai prajurit atau manusia yang berjiwa militer. Jiwanya keras, kemauannya keras, tidak mau dikalahkan, tidak mau diperintah, bahkan dia merasa dirinyalah yang terpandai diantara anak yang lain. Untuk itu, dia berlatih segala sesuatu dengan baik, belajar segala sesuatu dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Maka benar-benar anak "Kasadasa" sangat mengagumkan. Keistimewaannya adalah pada tingkat kecerdasannya yang tinggi. Mudah menyerap pengetahuan apa pun, baik dari buku maupun dari lingkungannya. Sehingga anak "Kasadasa" lebih menonjol daripada anak lainnya. Bahkan anak Kasadasa selalu tampil sebagai pemimpin, dikelasnya sebagai ketua kelas, sebagai ketua OSIS, dan begitu juga di luar sekolah dia juga bisa tampil sebagai pemimpin. Kenyataannya memang banyak hal yang dapat diselesaikan oleh anak Kasadasa dibanding anak lainnya. Budinya yang bersifat keras harus mendapat bimbingan yang baik dari pihak-pihak pendidik dan orang tua. Karena mendidik anak "Kasadasa" dengan kekerasan akan mengembangkan jiwa keras pada diri anak itu. Sabar dan harus Hati-hati, karena masa kanak-kanak itu adalah masa pembentukan jiwa.

KEADAAN MASA REMAJA

Masa remaja kelahiran mangsa "KASADASA" adalah melanjutkan alur kehidupan dari masa kanak-kanak. Jadi apa yang mempengaruhi pada masa kanak-kanak itulah yang membentuk jiwa remaja "Kasadasa". Sifat keprajuritan anak "Kasadasa" terus berlanjut, tegas, disiplin dan mudah marah. Tetapi setelah kurun waktu remaja tiba, sifat mudah marahnya itu lebih terarah untuk hal-hal yang positif. Artinya sifat pemarahnya itu dapat disalurkan untuk mendalami suatu ilmu dengan membakar semangatnya. "Mengapa saya tidak bisa?", adalah pertanyaan-pertanyaan yang mencambuknya untuk giat belajar. Pemalu, dia akan merasa malu kalau kekurangannya sampai diketahui orang lain. Maka dia akan berusaha sekuat mungkin untuk meningkatkan proporsi dirinya, sehingga dia merasa bahwa dirinya sudah menduduki rangking teratas. Kepemimpinan, bahwa remaja kelahiran mangsa "Kasadasa" mempunyai ambisi memimpin yang sangat tinggi. Karena dia sendiri tidak mau dipimpin oleh orang lain. Untuk mencapai kedudukan sebagai orang yang patut menjadi pemimpin, maka remaja Kasadasa terus berusaha untuk meningkatkan kwalitas dirinya. Baik dalam segi ilmu pengetahuan, kebiasaan atau ketrampilan apapun, dan kewibawaan. Dengan suatu keyakinan bahwa dia adalah yang terpandai, maka remaja Kasadasa dapat tampil kedepan dengan optimis. Kenyataannya memang begitu, banyak remaja Kasadasa yang tampil menjadi pemimpin. Dalam hal ini memberikan bimbingan dan membina kawan-kawannya yang membutuhkan pertolongan. Orang kelahiran Kasadasa mempunyai kesenangan bepergian, oleh karenanya banyak proyek-proyek yang dikerjakan terbengkalai. Ide- idenya banyak yang sebenarnya kalau dikelola dengan baik akan baik sekali jadinya. Tetapi sifatnya yang selalu bergerak, kemudian mempunyai ide yang lain lagi. Sehingga semuanya tidak menghasilkan suatu apapun. Proyek-proyek yang dibuatnya itu sebenarnya mempunyai tujuan untuk menolong orang lain, memberikan lapangan kerja dan menyalurkan bakat. Maka dengan pengalaman-pengalaman itu, dia harus menyadari dan mau bekerja sama dengan orang lain yang bersifat untuk mengelola cetusan- cetusan ide orang Kasadasa itu. Kalau bisa terjadi hal tersebut, maka usaha orang Kasadasa dapat sukses.

CIRI KHAS

Bicara tentang orang Kasadasa, pastilah ada suatu petunjuk sebagai suatu tanda yang khas orang Kasadasa. Ciri khas ini bukan suatu yang dapat dirahasiakan. Misalnya seperti postur tubuh, sepak terjang dan budi pekerti. Artinya penampilannya, semua itu tidak dapat dibuat-buat atau disembunyikan. Bila kita ketemu dengan seseorang yang serba grusa-grusu dan dalam melakukan segala sesuatu tampak tergesa-gesa. Kemudian tampak penampilan nya seperti orang gelisah, tangannya memegang benda apa saja yang berada di sekitarnya, kemudian dalam organisasi selalu berambisi untuk membuat suatu evolusi dan revolusi, perombakan-perombakan dan reorganisasi. Itulah salah satu ciri khas orang Kasadasa. Selain daripada itu, ada-ada saja ulahnya pada saat dia berbicara dengan orang lain, untuk menutupi kegugupannya. Apalagi bila berhadapan dengan lawan jenisnya, dia akan tampak gugup sekali. Namun menjadi kebiasaan dan ciri khas orang Kasadasa, walaupun kalah tidak mau mengakui kekalahannya.

IKATAN PERSAHABATAN

Orang kelahiran mangsa "KASADASA" pada umumnya pandai bergaul, oleh sebab itu dia mempunyai banyak kenalan. Pergaulannya cukup luas. Dalam pergaulan itu tentu saja ada kawan, rekan dan sahabat. Sahabat adalah kawan yang dapat menyimpan rahasia, memberikan pertolongan, baik moral maupun materi. Sahabat bisa diibaratkan seperti saudara kandung sendiri. Maka dapat diistilahkan mencari kawan mudah tetapi memelihara persahabatan sukar. Orang kelahiran mangsa "KASADASA" dapat mengikat tali persahabatan yang kokoh dengan orang yang kelahirannya jatuh pada Mangsa "KANEM" (10 November - 22 Desember), kemudian dapat juga bersahabat dengan baik dengan kelahiran Mangsa "KARO" (3 Agustus - 25 Agustus). Dua zodiak itu adalah pilihan yang dapat dijadikan sahabat sejati, artinya sahabat kepercayaan segala rahasia, sampai rahasia pribadi. Begitu juga dapat cocok dengan sesama kelahiran mangsa "KASADASA", hanya kadang ada sedikit keretakan kalau kebetulan ada perbedaan pendapat, kadang saling ngotot. Tapi itupun hanya berlangsung selintas, kemudian akan baik kembali. Dengan petunjuk tiga mangsa sebagai calon sahabat karib itu, bukan berarti menutup suatu kemungkinan untuk berkawan dengan mangsa lainnya. Namun hanya sekedar kawan dan rekan, karena dengan mereka ini sering banyak hal-hal yang bertentangan serta riskan sekali kalau untuk membicarakan atau mengelola suatu usaha patungan. Walaupun orang "Kasadasa" tidak senang bekerja secara patungan. Tetapi telah menjadi sifat orang Kasadasa senang bergaul, senang berkawan, bahkan senang berorganisasi. Tentu saja dalam pergaulan tidak mungkin untuk memilih-milih kelompok kelahiran atau mangsa, karena di dunia ini terdiri dari berbagai macam manusia dengan berbagai mangsa kelahirannya. Begitu juga saudara satu ayah, satu ibu, tidak mungkin terdiri dari "Kasadasa" semua. Yang penting adalah memelihara ketentraman, memelihara kedamaian dan kenyamanan dalam pergaulan jangan ada kendala-kendala.

KEADAAN KESEHATAN

Orang "KASADASA" pada umumnya mempunyai kwalitas kesehatan yang baik. Sejak masa kanak-kanak, remaja, hingga masa tua. Tetapi ada beberapa penyakit ringan yang lazim, yaitu influenza dan gangguan pada pencernaannya. Khususnya bagi orang Kasadasa kelahiran hari "Senin", jaga benar-benar kesehatan perutnya. Selain itu ada kemungkinan dapat sakit pada bagian syaraf tangan. Penyakit ini ada kecenderungan terkena bagi yang terlahir pada hari "Selasa". Tentu saja hal ini bisa dicegah dengan cara olah raga, istirahat secara teratur, dan menjaga pola & menu makanan. Gangguan mata dapat juga mengancam orang Kasadasa kelahiran hari Rabu dan Jumat, karena mempunyai kelemahan pada mata dan ginjal. Pemeliharaannya adalah dengan olah raga, minum yang cukup, mengkonsumsi wortel dan minum madu. Bagi orang Kasadasa kelahiran hari Kamis dan Sabtu, kelemahannya pada telinga dan hati. Pencegahannya adalah olah raga, istirahat yang cukup, dan jaga pola & menu makanan.

PEKERJAAN YANG COCOK

Pekerjaan bisa dikatakan cocok kalau sesuai dengan sifat dan bakat seseorang. Maka orang itu akan mengerjakannya dengan perasaan tenang dan gembira, hasil pekerjaannya pun sangat memuaskan. Bagi orang Kasadasa pada dasarnya pekerjaan yang paling cocok adalah pekerjaan "wirasembada" tanpa campur tangan orang lain. Walaupun begitu, menurut ahli Kejawen dalam hal ini Astrologi Jawa membagi kelompok hari kelahiran orang Kasadasa menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Eka

Kelompok ini adalah kelahiran dari hari Minggu, Rabu dan Jumat. Orang Kasadasa kelompok pertama ini yang paling cocok adalah sebagai wiraswasta, mendirikan perusahaan yang ada hubungannya dengan pertanian, kemudian dapat juga sebagai wartawan.

2. Dwi

Kelompok ini adalah kelahiran hari Senin. Orang Kasadasa kelompok kedua ini mempunyai bakat dibidang pekerjaan yang baik adalah sebagai pemandu wisata. Tetapi dapat juga mendirikan usaha leveransir bahan bangunan, atau bekerja dibidang bangunan.

3. Tri

Kelompok ini adalah kelahiran hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Orang Kasadasa kelompok ketiga ini pekerjaan yang paling cocok baginya adalah sebagai pengarang. Selain itu dapat juga menjadi aktor/aktris baik teater maupun film. Juga dapat menjadi pelukis, sekretaris, mandor bangunan. Kalau pendidikan tinggi dapat memilih bidang kedokteran, Arsitektur, atau menjadi Dosen. Tetapi yang harus selalu diingat oleh orang Kasadasa, bahwa dirinya tidak mau diperintah oleh siapa pun, kecuali orang tuanya dan orang yang dicintainya.

REJEKI  PENGHIDUPAN

Pada umumnya orang kelahiran mangsa "KASADASA" mempunyai tingkat alur perjalanan hidup yang baik, rejekinya cukup lumayan. Ditopang pula dengan berbagai kemampuannya mandiri, sehingga sejak masih remaja sudah dapat mencari uang. Walau begitu, Astrolog Kejawen membuat rumusan untuk membedakan satu dengan yang lain dalam kelompok kelahiran mangsa Kasadasa itu menjadi tiga bagian, yaitu

sebagai berikut:

1. Eka

Kelompok ini adalah kelahiran hari Minggu, Rabu dan Jumat. Orang Kasadasa dalam kelompok pertama ini adalah orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang paling baik. Tidak pernah kekurangan uang. Dia sangat pandai bergaul, sehingga banyak koneksi dan banyak yang mendukung dalam urusan apa saja. Segala yang diusahakannya selalu sukses dan mendatangkan keuntungan moral maupun uang. Hal tersebut berlanjut hingga hari tua, anak- anaknya sukses dalam pendidikan tinggi.

2. Dwi

Kelompok ini adalah kelahiran hari Senin. Orang Kasadasa kelompok kedua ini mengutamakan uluran tangan dan inspirasi orang kedua. Baik itu lingkungan keluarga, sahabat, dan masyarakat. Dengan dukungan merekalah semua usahanya akan berjalan. Walau pada umumnya orang Kasadasa jarang kekurangan uang, tetapi tanpa usaha yang keras, tidak akan berhasil meningkatkan tingkat sosialnya.

3. Tri

Kelompok ini adalah kelahiran hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Orang Kasadasa kelompok ketiga ini agak kurang baik keberuntungannya. Setiap langkah yang dikerjakan seringkali mengalami kegagalan, walaupun tidak berarti bangkrut sama sekali, tetapi selalu mengalami kesulitan. Namun karena orang "Kasadasa" mempunyai sifat tabah, ulet dan disiplin militer yang kuat, setelah umur mencapai 30 tahun khususnya bagi yang terlahir dengan weton Selasa Kliwon, Kamis Pon, dan Sabtu Paing, maka keadaan ekonominya akan meningkat baik sekali. Bahkan kalau ulet dan hemat akan mencapai keberhasilan di hari tuanya.

SAAT YANG TEPAT

Dalam perhitungan Astrologi Jawa, maka ada saat-saat ketika orang mengerjakan sesuatu berhasil dengan baik, tetapi ada hari-hari yang lain, bila untuk mengerjakan sesuatu mengalami kegagalan. Tentu saja hal itu menjadi kepastian setelah mengalami penelitian berkali-kali. Hasilnya merupakan kesimpulan parapsikolog. Berdasarkan penelitian Horoskop Jawa maka saat terbaik untuk melakukan pekerjaan yang terpenting adalah pada tanggal 5 Desember, karena pada saat itu terjadi kulminasi. Lebih-lebih kalau pada saat tanggal tersebut jatuh pada hari Selasa, itu lebih baik lagi. Setidaknya usahakan segala yang terpenting dilakukan pada tanggal 5 Desember, karena pada saat itu Resi Bisma sedang menurunkan pancaran saktinya dan limpahan Rahmat Ilahi. Dampaknya, terbukalah kiat kemudahan upaya apapun yang semula mengalami kesulitan. Tanggal 5 Desember itu berjalan terus setiap tahunnya, artinya setiap tahun ada pemberkahan Agung. Hal ini khususnya bagi kelahiran mangsa "Kasadasa".

HOBI

Bagi orang kelahiran mangsa "Kasadasa" ada beberapa hobi, antara lain:

1. Melukis, baik natural maupun abstrak.
2. Musik, baik rock maupun pop.
3. Membaca, fiksi, non fiksi dan sastra.
4. Mengarang dan koresponden.
5. Seni pentas.
6. Panjat tebing.

JODOH

Orang kelahiran mangsa "KASADASA" sebenarnya dekat jodohnya, baik itu pria maupun wanita. tetapi pada umumnya akan menikah setelah umurnya lebih dari 29 tahun, hal itu terjadi karena dia merasa ikut bertanggung jawab terhadap masa depan adik-adiknya. Hari-harinya diperuntukkan memikirkan keluarga, membantu mencari uang sekolah, bahkan memikirkan masa depan adik-adiknya. Setelah semua tuntas, barulah dirinya sendiri dipikirkan. Padahal orang Kasadasa bukanlah orang yang tidak mempunyai gairah seks. Baik laki-laki maupun wanita "Kasadasa" mempunyai gairah seks yang cukup tinggi. Termasuk hangat dalam permainan ranjang. Bagi orang kelahiran mangsa "KASADASA" jodohnya adalah dengan kelahiran mangsa "KARO" (3 Agustus - 25 Agustus), kemudian dapat pula berjodoh dengan kelahiran mongso "KANEM" (10 November - 22 Desember), tetapi dengan orang "KASADASA"pun dapat pula cocok dan harmonis. Tentu saja tidak menghilangkan suatu kemungkinan perkawinan dengan mangsa- mangsa yang lain. Kalau terjadi, menurut para ahli Astrologi Jawa, akan mendatangkan ketidak harmonisan, sering ribut, tidak saling terbuka, saling mencurigai. Walhasil akan terjadi perceraian atau pisah ranjang. Sedapat mungkin harus dihindari bentuk perkawinan tersebut.

BATU PERMATA YANG COCOK

Ada beberapa batu permata atau batu Aji yang cocok bagi orang kelahiran mangsa "KASADASA", adalah sebagai berikut:

1. Amathyst = Kecubung Asihan
Batu permata ini mempunyai sinar ungu kemilau, baik sekali bagi orang Kasadasa yang mempunyai sifat ingin memimpin, agar pengaruhnya disayang atau dicintai orang lain. Selain itu mempunyai khasiat pula untuk mencegah mabuk minuman keras, menolak bahaya racun, dan mencegah sakit jantung.

2. Aquamarin = Sinar laut hijau
Batu permata ini baik sekali kilauannya seperti kemilaunya laut Arafuru, indah dan mengesankan rasa damai serta anggun. Selain keindahan sinarnya, mempunyai khasiat mencegah penyakit liver, penyakit pencernaan, dan penyakit lemah badan.

3. Intan = Diamond
Intan dinamakan juga batu mulia karena mempunyai kekerasan dan harga yang lebih tinggi daripada batu permata lainnya. Diamond yang asli mempunyai harga standar yang cukup tinggi, biasa dipakai oleh orang-orang kaya, bangsawan, raja, atau orang-orang terkemuka. Kilauannya sangat indah, dapat memancarkan sinar yang beraneka warna. Khasiatnya menolak segala ilmu hitam dan menentramkan pikiran.

4. Badar Besi = Heliotrope
Badar besi batunya hitam dan kalau didekatkan magnet dapat melekat. Biasanya yang memakai batu ini adalah kaum pria, untuk permata cincin. Pemakainya akan tampak jantan. Kalau dipandang dari segi khasiat, maka batu ini mempunyai pengaruh meningkatkan keberanian, terhindar dari dihinaan orang, dan meningkatkan kewibawaan.

WARNA YANG IDEAL
Ada beberapa jenis warna yang cocok bagi kelahiran Kasadasa, yaitu Merah Tua dan Kuning. Dua jenis warna itu adalah warna ideal yang dapat dipakai untuk busana maupun interior dalam rumah atau pada karpet lantai.

BUNGA

Bunga yang cocok dan membangkitkan gairah hidup bagi orang Kasadasa adalah bunga Mawar Merah, Gradiol Merah Tua, dan lilly Kuning. Demikianlah bunga-bunga itu bagi orang Kasadasa akan mendatangkan pengaruh mistik dan dampaknya akan menunjang daya kehidupannya.

3. Wuku anda adalah Kuningan.

Sifat/karakter orang yang lahir pada Wuku tersebut, adalah: Bila perjalanan Wuku Kuningan memasuki orbit mangsa "Kasadasa", maka terjadilah perubahan dari ketentuan asli Wuku tersebut. Hal itu besar sekali artinya bagi kehidupan dan penghidupan seseorang, maupun peristiwa-peristiwa Alam Semesta. Pengaruh Wuku Kuningan. Dewa: Batara Endra. Candra: Grojogan. Seseorang yang terlahir dalam Wuku tersebut sifatnya jujur. Penghidupannya kariernya baik, rejekinya baik, dan senang menolong. Kemudian akan terjadilah perubahan- perubahan pengaruh kosmis, akibat cahaya zodiak yang disebut F-korona mempunyai pengaruh kuat sekali terhadap Alam Semesta dan kehidupan. Pengaruh mangsa "Kasadasa" besar sekali terhadap peredaran dan perjalanan Wuku di dalam kehidupan, penghidupan, sifat, dan pengaruh Alam Semesta. Merupakan misteri

kehidupan Semesta Alam. Meskipun seseorang dengan orang lain terlahir di dalam Wuku yang sama, kenyataannya mempunyai sifat, nasib, dan perjalanan hidup yang berbeda. Hal itu dapat terjadi karena perbedaan jam kelahiran, Hari dan pasaran (Weton).
kitab pimbon jawa dan tafsir mimpi

WATAK KELAHIRAN RABU KLIWON

WATAK KELAHIRAN KAMIS WAGE

WATAK KELAHIRAN RABU KLIWON

orang yang lahir pada Weton Rabu Kliwon memiliki sifat di antaranya : pemikir sejati dengan sikap lembut disertai gaya duniawi yang mempesona yang mudah menarik orang lain kepada anda. Dikarenakan bakat alami anda akan bahasa dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, maka anda memiliki potensi untuk menjadi seorang pembicara besar. Banyak di antara orang yang lahir pada hari Rabu Kliwon menjadi orator atau penulis yang handal. Anda berseri-seri bila mendapatkan pujian (sebenarnya siapa yang tidak?), akan tetapi mungkin anda perlu belajar untuk tidak terlalu memasukkan kritikan orang lain ke dalam hati. Waspadalah agar kelemahan anda terhadap kata-kata yang manis tidak membuat anda terlalu mudah diperdaya.
orang yang lahir pada weton tersebut memiliki Mongso Kalima.
adapun Sifat/karakter orang yang lahir pada Mongso KALIMA
Yakni Pancuran Emas Sumawur Ing Jagad
lahir pada tanggal 14 Oktober - 9 November
KEADAAN UMUM

Mereka yang terlahir pada tanggal 14 Oktober – 9 November adalah termasuk dalam Pranata Mangsa "KALIMA". Pada Mangsa itu hawanya sejuk dan cuaca syahdu, karena langit diselimuti mendung. Sering turun hujan, bahkan curah hujan sering pula sangat lebat. Pada Mangsa "KALIMA" perjalanan Mangsa dikuasai oleh Batara Asmara, lama orbit 27 hari. Berpengaruh besar terhadap keadaan kelahiran, sifat, tingkah laku, bahkan keberuntungannya sangat dipengaruhi oleh Batara Asmara. Begitu pula keadaan alam semesta yang melambangkan keadaan orang-orang yang terlahir di Mangsa itu. Batara Asmara, dewa kesenangan dan keberuntungan. Sebelum kesenangan itu datang, datanglah terlebih dahulu godaan yang berupa gangguan-gangguan tidak menyenangkan. Kalau orang itu tabah, maka kesenangan dan keberuntungan segera menggantikan derita itu. Gangguan atau derita itu adalah samaran dari Hyang Asmara. Kalau bentuk samaran Hyang Asmara tadi telah dikalahkan, maka akan muncul wujud Hyang Asmara yang sebenarnya ialah sang keberuntungan itu sendiri. Agar kita selalu berdekatan dengan Hyang Asmara, maka kita harus selalu bertabah hati menghadapi segala macam cobaan dan godaan. Karena kalau kita mendapat cobaan dan rintangan itu, artinya Hyang Asmara sudah sangat dekat dengan kita. Demikian setelah cobaan dan rintangan itu lenyap, maka kesenangan pun datanglah. Selain itu, Hyang Asmara mempunyai sifat mementingkan harga diri dan kewibawaan. Sifat tegas dalam mempertahankan harga diri dan kewibawaan itu disertai dengan sifat diam. Baginya yang terpenting adalah hasil pekerjaan yang baik, tidak mengharapkan suatu pujian. Batara Asmara juga pandai menekan emosi maupun ambisi. Apa yang terjadi bagi orang terlahir dalam pengaruhnya Batara Asmara? Mereka juga mempunyai sifat lebih mementingkan gengsi, kewibawaan, harga diri, bekerja dengan diam- diam tetapi sukses. Oleh karenanya orang yang terlahir dalam Mangsa "KALIMA" adalah orang-orang yang pendiam. Walaupun begitu, mereka dapat memberikan nasehat bagi orang yang membutuhkannya. Dia juga pandai menyimpan rahasia, sehingga banyak kawan yang mempercayai untuk sesuatu rahasia pribadi. Penampilannya penuh misteri, hal itu karena dia lebih senang bekerja secara diam-diam. Perkataannya penuh arti dan kepastian. Bagi mereka yang baru mengenal orang kelahiran Mangsa "KALIMA" terasa sangat kaku bergaul dengannya. Segala sesuatu tampak sangat tertutup, tetapi bila sudah mengenalnya lebih lama, maka terasa suatu hubungan persahabatan yang baik dan penuh canda serta enak diajak untuk berbincang-bincang. Bahkan ada sesuatu yang luar biasa bagi orang "KALIMA" ialah ketabahan hati, dalam menghadapi kehidupan penuh dengan rasa percaya diri, jarang mengeluh, dan tidak pernah menyerah bila menghadapi kesulitan apapun bentuknya. Mempunyai sesuatu yang istimewa, ialah di mana dia mengalami suatu kesulitan, maka akan menemukan suatu jalan untuk

mengatasi kesulitan itu dan berhasil. Oleh karenanya bagi orang kelahiran Mangsa "KALIMA" tidak ada hal-hal yang dianggapnya sulit dan luar biasa. Semua masalah dan kehidupan ini, dihadapinya dengan gembira dan tidak pernah berkeluh kesah. Dalam pergaulan di masyarakat, pada umumnya orang kelahiran mangsa "KALIMA" mempunyai pengaruh baik, tidak banyak bicara tetapi banyak perbuatan-perbuatan baik yang dibuktikannya. Janjinya selalu ditepati. Sehingga mempunyai wibawa dan disegani.

KEADAAN ALAM

Pada mangsa "KALIMA" yang berjalan selama 27 hari dari tanggal 14 Oktober sampai 9 November, berpengaruh terhadap keadaan alam semesta dan diberi candra "Pancuran Emas Semawur Ing Jagat", artinya pancuran emas yang tersebar di bumi. Menilik Candra tersebut, nenek moyang kita memberi gambaran bahwa pada mangsa itu Tuhan telah menganugrahkan sesuatu yang berharga "emas". Kenyataan yang terjadi adalah pada saat itu "musim hujan" siang dan sore turun hujan, kadang-kadang hujan sangat lebat bahkan dapat menimbulkan bencana banjir. Tetapi air adalah sesuatu yang berharga bagi kehidupan. Kalau manusia tetap memelihara kelestarian lingkungan, tidak menebangi pohon dan tidak menggunduli hutan, bencana banjir akan terhindar. Keadaan angin kadang sangat keras berhembus dari Barat Laut menuju ke arah Tenggara dengan kekuatan kencang disertai angin lebat. Hawa mulai dingin, pohon-pohon asam mulai meranggas daunnya. Musim buah mangga, yang segera dibarengi dengan munculnya lalat dan ular mulai keluar dari liangnya untuk mencari makan. Dengan datangnya musim hujan, bagi daerah yang tidak tertimpa bencana banjir, maka kaum tani mulai menggarap sawahnya.

KEADAAN FISIK

Mereka yang terlahir di mangsa "KALIMA" umumnya kalo wanita mempunyai wajah cantik dengan tubuh serasi. Bagi pria mempunyai wajah ganteng dengan postur tubuh serasi dan bentuk leher agak besar. Matanya bersinar tajam, tangan berotot. Suatu gambaran fisik bahwa orang kelahiran mangsa "KALIMA" mampu melakukan pekerjaan yang berat. Cara berjalannya tegap dan gagah, hal ini menggambarkan sikapnya menghadapi segala persoalan dengan tegas pula. Pengaruh Batara Asmara sangat kuat pada bagian vitalnya, pengaruhnya terhadap orang "KALIMA"

bahwa dia senang kawin atau senang dalam melakukan seksualitas. Bentuk dahi orang kelahiran KALIMA adalah lebar, bahkan rambut kepala sering rontok hingga dapat menjadi botak. Lubang hidungnya lebar. Bibirnya agak tebal dengan mulut agak lebar. Bagi orang kelahiran mangsa KALIMA ini dianjurkan untuk giat berolahraga, karena ada kelemahan bagian tulang belakang, cenderung dapat membungkuk pada hari tuanya nanti.

KEADAAN MASA KANAK-KANAK

Keadaan anak kelahiran mangsa "KALIMA" pada umumnya memiliki kecerdasan otak luar biasa. Cepat menerima suatu pelajaran. Bahkan anak- anak kalima dapat dengan inisiatif sendiri mempelajari sesuatu tanpa guru. Tetapi sifat anak-anak Kalima minta untuk diutamakan daripada anak yang lain. Rewel, cerewet, dan selalu minta lebih banyak dari yang semestinya. Di kalangan anak-anak yang lain, maka anak Kalima ini menjadi pembela bagi kawan- kawannya yang mendapat ancaman. Karena anak Kalima berani mewakili kawannya yang diancam, walaupun musuhnya itu lebih besar dari dirinya. Di kalangan teman-temannya dia sangat royal. Senang menghambur-hamburkan uangnya dan mentraktir. Tidak mengherankan kalau anak kelahiran mangsa "KALIMA" mempunyai kawan dan sahabat yang tidak sedikit. Sejak kecil anak KALIMA ini mempunyai kesenangan memelihara hewan, kucing, anjing, kelinci, burung, dan sebagainya. Tetapi harus diperhatikan benar, karena kadang dia dapat berbuat kejam dan sadis terhadap hewan peliharaannya itu. Sifat pendiamnya terbawa sejak kanak-kanak. Walaupun diam, dia selalu memperhatikan lingkungannya. Kadang dia akan tampil sebagai jagoan untuk membela kawannya.

KEADAAN MASA DEWASA

Sifat Batara Asmara juga tetap berpengaruh kepada remaja kelahiran mangsa "KALIMA" diantaranya adalah sifat cemburuan, curiga dan kurang berterus terang dalam berbagai hal. Karena dia senang menyimpan rahasia, atau sesuatu yang segan untuk dibicarakan kepada orang lain. Sehingga orang lain pun tidak mengetahui apa maunya. Seolah kehidupannya diselubungi oleh rahasia. Suatu yang sangat menarik bagi orang kelahiran mangsa Kalima ini adalah "kejujurannya" karena dia selalu menepati segala janji yang diucapkannya. Satu lagi ialah keistimewaannya untuk mempelajari bahasa asing. Dia akan dapat menguasainya dengan cepat. Begitu pula hal-hal yang bersifat gaib dan parapsikologi sangat cepat faham dan dapat menjadi ahli parapsikokogi (kebatinan). Dalam pergaulan remaja "KALIMA" ini sangat disegani, tetapi karena sifatnya yang pendiam dan berwibawa, walaupun dalam keadaan biasa dia dapat bercanda dan berbincang-bincang. Tetapi kalau sedang marah dia akan diam dan berbicara hanya secukupnya. Hal itu yang membuat kawan-kawannya merasa segan bahkan ada yang merasa takut berhadapan dengan dia. Karena sering menegur kawannya yang bersalah dengan kata-kata yang menyakitkan hati dan ketus. Dalam dunia pendidikan umumnya orang atau remaja kelahiran mangsa "KALIMA" selalu berhasil dengan baik, mendapat terbaik.

CIRI KHAS YANG MENCOLOK

Yang mencolok bagi orang kelahiran mangsa "KALIMA" ialah keberanian, pendiam, tetapi keras, dan mudah sekali tersinggung atau marah kalau kehendaknya tidak dituruti. Bila telah naik darah, maka dia terlalu nekad tanpa perhitungan, walaupun penyebabnya suatu hal yang sederhana sekali. Di samping ciri khas pada postur tubuh yang sudah dibicarakan terdahulu. Maka ciri khas sifat dan tingkahnya itu dapat dijadikan sebagai data pribadi orang kelahiran mangsa "KALIMA".

IKATAN PERSAHABATAN

Pergaulannya sangat luas, tetapi tidak banyak sahabatnya, karena keras kepala, ketus, dan tertutup, orang enggan untuk bergaul dengannya. Bahkan terhadap lain jenisnya orang kelahiran mangsa "KALIMA" ini sering berbuat kasar dan ingin menguasai. Sehingga bisa terjadi bagi orang Kalima ini berpacaran lebih dari sekali. Bahkan ada yang sering putus, disebabkan cemburu buta. Tetapi juga ada yang sekali berpacaran lalu menjadi suami istri. Hal itu dapat terjadi kalau pilihannya tepat. Yang paling cocok sebagai sahabat adalah yang terlahir pada tanggal 23 Juni - 2 Agustus atau Mangsa "KASO" Selain itu juga bisa ada kemungkinan baik bila bersahabat dengan kelahiran tangal 23 Desember - 3 Februari (KAPITU), tanggal 26 Agustus - 18 September (KATELU), dan kelahiran tanggal 14 Oktober – 9 November (KALIMA) sendiri. Tiga orang sahabat dari tiga kelahiran, dari seorang sahabat lagi yang paling cocok ialah kelahiran mangsa "KASO" tersebut di atas. Sahabat sahabat tersebut adalah orang-orang yang dapat menyelami jiwanya. Bahkan bagi orang "KASO", sifat orang "KALIMA" itu sesuai baginya bahkan tidak ada masalah. Sehingga keduanya dapat bergaul sangat akrab.

KEADAAN KESEHATAN

Bagi orang yang terlahir pada mangsa "KALIMA" ada beberapa penyakit yang dapat mengganggunya. Artinya dan kemungkinan besar dapat terserang penyakit tersebut. Hal itu berarti kalau kesehatannya terjaga dengan baik, berolah raga secara teratur. Penyakit itu tak akan menyerangnya. Pada dasarnya orang kelahiran mangsa "KALIMA" itu jarang sakit, seolah kebal terhadap jenis-jenis penyakit. Penyakit yang mengancamnya adalah rematik, sakit jantung, ginjal, kencing gula, dan kemungkinan dapat juga terkena sakit kelamin. Adapun bagi wanita kelahiran mangsa "KALIMA" dapat terkena keputihan, kanker kandungan, juga gangguan pada rahim. Oleh karenanya haruslah berhati-hati merawat diri. Karena lebih mudah mencegah daripada mengobati.

PEKERJAAN YANG COCOK

Bagi kelahiran mangsa "KALIMA" ada beberapa pekerjaan yang cocok. Tetapi untuk kepastiannya, Horoskop Jawa membaginya menjadi 3 kelompok, menentukan bakat dari pekerjaan yang cocok untuk ditekuni. Dasarnya adalah hari lahir setiap individu, dari hari kelahiran itu dapat ditentukan pekerjaan yang cocok.

1. Eka

Kelompok pertama ini adalah kelahiran hari Minggu, Rabu dan Jumat. Orang yang terlahir pada hari Minggu, Rabu dan Jumat: polisi, wartawan, dokter, pengarang, badan Intel, pendeta, maupun rohaniawan, tapi yang paling cocok adalah sebagai polisi.

2. Dwi

Kelompok kedua adalah kelahiran hari Senin. Kelompok ini ada beberapa bidang pekerjaan diantaranya adalah sebagai aktris film, teater, dapat juga sebagai karyawan pada biro perjalanan, bahkan dapat juga sebagai pemilik perusahaan pelayaran, atau biro perjalanan, kontraktor, dan kedokteran atau poliklinik. Yang paling cocok dan berpengaruh dalam bidang kariernya adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan atau kontraktor.

3. Tri

Kelompok yang ke tiga adalah kelahiran hari Selasa, Kamis, Sabtu. Kelompok ini adalah orang- orang yang mempunyai kesempatan kerja di bidang obat-obatan atau apotek, kosmetika, nelayan, dan teknik perkapalan. Kariernya akan terus menanjak kalau mengutamakan pekerjaan bidang kosmetik, atau mengusahakan salon.


REJEKI & PENGHIDUPANNYA

Bagi yang terlahir pada mangsa "KALIMA" dalam bidang keberuntungan dan rejekinya termasuk baik. Tetapi Horoskop Jawa membaginya dalam tiga kelompok. Kelompok itu adalah kelompok hari kelahiran, yang tentunya mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Kelompok- kelompok itu adalah sebagai berikut:

1. Eka

Kelompok ini terdiri dari hari kelahiran Minggu, Rabu, Jumat. Yang terlahir pada kelompok satu ini, pada umumnya mempunyai kemampuan berusaha dalam bidang komersial. Tidak melewatkan kesempatan yang ada, maka tidak pernah mengalami kesulitan masalah keuangan. Dia selalu mendapat keberhasilan yang gemilang, semua itu berkat kegigihannya. Dalam usia 29 tahun, akan mendapatkan rejeki nomplok, artinya keuntungan yang sangat besar yang tidak terduga. Keuntungan inilah yang kelak akan mengangkatnya menjadi kaya raya.

2. Dwi

Kelompok kedua terlahir hari Senin. Kelahiran Senin, mempunyai pengaruh yang kuat dalam segi materi. Karenanya sangat berhati-hati dengan uang, walaupun rejekinya sangat baik, bahkan dapat dikatakan melimpah. Lebih baik lagi setelah menikah.

3. Tri

Kelompok ketiga kelahiran hari Selasa, Kamis, Sabtu. Mereka yang terlahir pada hari tersebut, masa depannya sangat gemilang. Sejak remaja sudah dapat terlihat keberuntungannya. Bahkan sukses yang telah dicapainya dengan gemilang akan mengantar dia ke arah yang lebih tinggi lagi hingga ke percaturan Internasional. Rejekinya terus melimpah, kariernya terus mencuat, bahkan hidup berumah tangganya pun bahagia.

HARI JAYA

Bagi orang yang terlahir pada rnangsa "KALIMA" mepunyai hari jaya, hari-hari yang sangat berkesan indah dan baik. Hari yang mempunyai arti khusus. Bagi orang "KALIMA" saat kejayaannya jatuh pada bulan Agustus. Sedangkan hari jayanya adalah hari Minggu dan Selasa. Hari-hari untuk memulai suatu pekerjaan yang besar, dagang, perjalanan jauh untuk urusan penting, maupun untuk usaha-usaha lain yang besar seyogyanga dipilih pada hari Minggu atau Selasa, pada bulan Agustus. Karena pada bulan April hingga Oktober, Batara Asmara memberkahi, pancarannya dapat terlihat di bumi kita dalam keadaan nyata. Pancaran pada wuku Gumbreg dalam bintang Skorpio. Dalam wuku itu tampak bintang yang bersinar sangat terang dengan sinarnya yang berwarna merah kuning, bintang tersebut bernama "Antares" pancaran sinar amarah, keberanian, dan gengsi.

HOBI

Orang yang terlahir pada Mangsa "KALIMA" mempunyai beberapa hobi yang menonjol.
Hobinya itu dapat dikomersialkan oleh orang lain.

1. Berfoya-foya menghamburkan uang.

2. Memelihara binatang: Kucing, anJing, kelinci, burung, ayam.
3. Spiritual, menyepi, dan mendaki gunung.
4. Begadang dan memaksakan kehendaknya. Beberapa hobi itu di samping dapat menyenangkan hati orang kelahiran mangsa "KALIMA" juga kadang dapat menguntungkan orang lain dalam segi komersial. Sebenarnya ada pula yang sangat mencolok, ialah kesenangan berfoya-foya dengan wanita penghibur. Baik itu secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.

JODOH

Bagi orang kelahiran mangsa "KALIMA" ada beberapa tipe kelahiran yang bisa menjadi kawan hidupnya. Seperti juga dalam pergaulan, dan persahabatan. Ada kelahiran mangsa-mangsa tertentu yang cocok bagi kelahiran mangsa "KALIMA" dalam perjodohan. Yang paling cocok adalah calon pasangan yang terlahir hari mangsa "KASO" (23 Juni - 2 Agustus). Walaupun begitu ada beberapa alternatif karakter kelahiran yang lain, dapat juga perjodoh dengan kelahiran mangsa "KAPITU" (23 Desember – 3 Februari), juga dengan "KATELU" (26 Agustus – 18 September), dan mangsa "KALIMA" sendiri dan Kasanga (2 Meret - 26 Maret). Gambaran-gambaran jodoh atau calon pendamping itu berdasarkan pengertian Horoskop Jawa. Sadangkan yang menentukan tak lain berpulang kepada Allah juga. Orang kelahiran mangsa "KALIMA", kalau pria akan menjadi suami yang baik penuh dengan rasa bertanggung jawab, selalu menepati janjinya baik terhadap istri maupun terhadap anak- anaknya. Kalau itu wanita, maka dia pun akan menjadi istri yang baik. Tahu betul tanggung jawab seorang ibu rumah tangga terhadap anak-anaknya. Ditanamkannya pendidikan praktis, keras, dan disiplin.

BATU PERMATA YANG COCOK

Bagi orang "KALIMA" ada beberapa batu permata yang cocok baginya. Batu permata dapat dipergunakan sebagai aksoseri atau perhiasan, tetapi juga mempunyai khasiat spiritual.

1. Topas

Batu permata Topas ini mempunyai keindahan dengan pancaran sinar lembut kekuning- kuningan. Selain dari pada itu juga mempunyai khasiat sebagai penangkal sakit encok, syaraf, juga menyembuhkan sakit dada dan terbakar.

2. Kalimaya

Batu Kalimaya mempunyai sinar yang unik aneka warna kemilau. Batu permata ini dapat dijadikan liontin, giwang maupun sebagai batu cincin. Selain dari kepentingan tersebut, dapat juga sebagai obat penyembuh lemah syahwat, dapat pula untuk menyembuhkan gangguan mata. Selain itu juga dapat untuk meningkatkan daya pikir.

3. Aquamarin

Batu permata Aquamarin atau Sinar Laut ini bagus sekali untuk perhiasan, liontin, giwang, maupun batu cincin. Karena mempunyai khasiat untuk penyembuhan sakit lever, sakit pencernaan, dan lesu badan tenaga kurang.


WARNA YANG COCOK

Bagi mereka yang terlahir pada mangsa Kalima, maka terdapat beberapa jenis warna yang cocok baginya. Warna-warna itu selain dipandang dari segi keserasian, juga dipandang dari sudut parapsikolog. Bagi kelahiran mangsa kalima, warna yang paling cocok dan paling serasi baginya adalah warna Merah. Karena warna itu mengandung arti kesetiaan dan tanggung jawab. Selain warna merah, juga serasi menggunakan warna putih. Selain keserasian dan kepantasan warna putih mempunyai makna kesucian, kepasrahan, kelembutan dan kebaikan hati. Maka warna-warna selain kedua warna itu, kurang baik bagi orang yang terlahir pada mangsa kalima. Lebih-lebih warna hitam, seyogyanya tidak memakainya, menurut pakar warna dan daya magis yang dipancarkan, bahwa warna hitam memancarkan pancaran kenistaan, itu bagi kelahiran mangsa KALIMA (14 Oktober – 9 November).

BUNGA

Bunga yang serasi dan mempunyai efek berpengaruh kepada kejayaan dan membangkitkan daya imajinasi bagi orang kelahiran mangsa "KALIMA", ada beberapa jenis bunga:

1. Bunga Melati
2. Bunga anggrek
3. Bunga Sedap malam
4. Bunga Gadena

Bunga-bunga tersebut diatas, selain warnanya yang putih, juga baunya semerbak. Dari bau yang semerbak itulah membangkitkan nostalgia. Kenangan lama, kemudian akan bangkit semangat baru dibarengi dengan rasa indah dan ayahdu. Efeknya membawa keberuntungan yang hakiki.

3. Wuku anda adalah Wugu.

Sifat/karakter orang yang lahir pada Wuku tersebut, adalah: Bila perjalanan Wuku Wugu memasuki orbit Mangsa "Kalima", dampaknya terjadilah perubahan dari ketentuan asli pengaruh Wuku tersebut. Hal itu besar sekali artinya bagi kehidupan dan penghidupan seseorang, maupun peristiwa-peristiwa Alam Semesta. Pengaruh Wuku Wugu. Dewa: Batara Singajanma. Candra : Awang-awang. Secara umum terhadap sifat seseorang yang dilahirkan pada wuku tersebut berbudi luhur, cerdik dan cerdas. Sedangkan pengaruh terhadap kehidupannya adalah; rejeki banyak, hemat. Kemudian akan terjadilah perubahan-perubahan pengaruh kosmis, akibat cahaya Zodiak yang disebut F-korona, yang mempunyai pengaruh kuat sekali terhadap Alam Semesta dan Kehidupan. Pengaruh Mangsa "Kalima" besar sekali terhadap peredaran Wuku pada kehidupan, penghidupan, sifat, dan pengaruh alam semesta. Walaupun wukunya sama, tetapi belum tentu keadaannya akan sama juga. Hal itu dapat terjadi karena pengaruh hari dan pasaran atau weton.
kitab pimbon jawa dan tafsir mimpi