Narada

Figur Wayang Narada

Batara Narada, wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo, koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Narada

Pada awal mula dunia diciptakan, adalah sebuah cahaya berbentuk telur. Sang Maha Pencipta atau Sang Hyang Tunggal menjadikannya kulit telur menjadi bumi dan langit yang dipisahkan cakrawala. Setelah kulit telur terpisah dari isinya, maka semakin bercahayalah isi telur tersebut. Cahaya yang memancar dari kuning telur menjadi Manik atau intan dan Maya, atau cahaya indah berwarna kehijauan. Sedangkang cahaya yang ditimbulkan dari bagian putih telur menjadi Nur, sinar terang benderang berwarna putih kekuning-kuningan, dan Teja atau sorotnya, pancarannya dari cahaya tersebut.

Dari keempat cahaya yang di pancarkan dari isi telur yaitu: Manik, Maya, Nur dan Teja, lahirlah empat orang manusia yang berupa ksatria tampan dengan badan ideal atau disebut dengan bambangan. Dari Manik lahirlah Manikmaya. Dari Maya lahirlah Ismaya. Dari Nur lahirlah Nurada. Dari Teja lahirlah Tejamantri. Keempat manusia pertama ciptaan Sang Hyang Tunggal tersebut disebut sebagai dewa dengan gelar batara.

Pada kisah selanjutnya keempat batara yang tampan tersebut saling berebut untuk menjadi penguasa dunia. Batara Manikmaya, Batara Ismaya dan Batara Tejamantri beradu kesaktian. Dalam adu kesaktian tersebut Batara Manikmaya berubah bentuk menjadi orang bertangan empat dengan sebutan Batara Guru. Batara Ismaya, berubah menjadi seorang berbadan pendek bulat dan hitam dan lebih dikenal dengan nama Semar. Batara Teja atau Batara Tejamantri atau juga Batara Antaga berubah bentuk menjadi orang pendek, gemuk dan bermulut lebar dan biasa dipanggil Togog.

Sementara itu Batara Nurada yang tampan, sakti, cerdas, banyak ilmu dan berwawasan luas sedang bertapa di tengah samodra. Ia merasa paling pantas menjadi penguasa dunia. Batara Guru datang dan mengatakan bahwa dirinya yang paling pantas menjadi penguasa dunia. Dikarenakan tidak ada yang mau mengalah dalam hal kekuasaan, keduanya terlibat dalam perkelahian. Batara Guru dapat mengalahkah kesaktian Batara Nurada dan menyatakan bahwa wajah Nurada itu lucu. Seketika itu Batara Nurada menjadi jelek tidak tampan lagi. Wajahnya lucu dan tubuhnya pendek, perutnya buncit. Namun dalam hal ilmu dan kecerdasan, Batara Nurada yang kemudian disebut Batara Narada mempunyai tingkatan ilmu lebih tinggi dibandingkan dengan Batara Guru. Oleh karenanya Batara Narada diangkat menjadi patih kahyangan Jonggring Saloka atau Suralaya mendampingi Batara Guru.

Selain menjadi patih Batara Narada juga menjadi penasihat Batara Guru dan sekaligus menjadi sesepuh para dewa. Kepada Guru ia memanggil adi Guru, dan sebaliknya Batara Guru menyebut kakang Narada.

Batara Narada bertempat tinggal di Kahyangan Suduk Pangudal-udal. Ia mempunyai satu isteri yang bernama Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut Batara Narada menurunkan dua anak yaitu Dewi Kanekawati dan Bhatara Malangdewa.

Karena kata sakti yang diucapkan Batara Guru sehingga ketampanan Batara Narada hilangi. Selanjutnya Batara Narada dilukiskan sebagai dewa yang lucu dan suka berkelakar, tetapi dibalik kelucuannya sesungguhnya ia adalah dewa yang paling pandai dan waskita. Diantara para dewa di Kahyangan, Batara Naradalah yang lebih sering mendapat tugas turun ke dunia memberikan anugerah kepada manusia. Sepanjang hidupnya Batara Narada melakukan satu kesalahan fatal dalam manjalankan tugasnya yaitu ketika ia ditugaskan oleh penguasa Kahyangan untuk menganugerahkan pusaka sakti berujud panah yang bernama Kuntawijayandanu. Seharusnya pusaka itu diberikan kepada Harjuna, tetapi keliru diberikan kepada Adipati Karna.

Batara Narada memiliki jimat berupa cupu Lingga Manik yang berisikan Tirta maya Mahadi yang dapat digunakan untuk mengobati segala macam penyakit. Nama lain dari Batara Narada adalah Sang Hyang Kanekaputra.

herjaka HS

No comments:

Post a Comment