Figur Wayang Gandamana
Gandamana dalam rupa wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Gandamana
Gandamana dari kata Ganda yang artinya bau dan ana, artinya ada. Keberadaan Gandamana bermula dari seorang dewi cantik bernama Dewi Setyawati, putri raja Wirata yang menderita penyakit aneh, yaitu sekujur tubuhnya mengeluarkan bau amis menyengat. Setelah penyakit tersebut berhasil disembuhkan oleh seorang petapa sakti dari Saptaharga, bau amis tersebut hilang dan mewujud jadi sosok anak laki-laki, diberi nama Gandamana. Tidak jelas kisahnya, tokoh Gandamana ini kemudian diangkat anak oleh Prabu Gandabayu dan dijadikan adik Dewi Gandawati.
Gandamana sangat menyayangi Dewi Gandawati. Karena rasa sayang tersebut maka ketika Dewi Gandawati telah memasuki usia dewasa, Gandamana mempunyai permohonan kepada Prabu Gandabayu agar jika kelak ada orang yang ingin meminang Dewi Gandawati, hendaklah Ia mempunyai kesaktian yang paling tidak sama dengan dirinya. Prabu Gandabayu mengabulkan permohonan Gandamana. Maka kemudian dibukalah sayembara, bagi siapa yang dapat mengalahkan Gandamana, berhak menyunting Dewi Gandawati.
Tidak mudah untuk mengalahkan Gandamana, karena ia mempunyai dua ajian yang sangat sakti bernama Bandung Bandawasa dan Wungkal bener. Aji Bandawasa mempunyai daya kekuatan yang sebanding dengan kekuatan seribu gajah. Sedangkan aji Wungkal Bener akan menjadikan Gandamana tidak dapat dikalahkan selama ia berada dalam posisi yang benar.
Oleh karena kesaktiannya, diantara para pelamar, hanya ada satu orang bernama Sucitra dari negara Hargajembangan, tanah seberang, yang dapat mengalahkan Gandamana. Itu pun tidak terlepas dari bantuan Pandudewanata raja Hatinapura.
Atas kemenangannya, Sucitra berhak memperistri Dewi Gandawati. Sebagai ksatria Gandamana menerima kekalahannya, namun sebagai laki-laki ia tidak kuasa menghindar dari rasa kecewa yang dalam. Dewi Gandawati yang selama ini ia sayangi telah menjadi milik orang lain. Harapan untuk senantiasa bersanding dengan Dewi Gandawati, kini tinggalah harapan, karena ia telah dikalahkan.
Pandudewanata, sebagai raja besar Hastinapura yang mempunyai ketajaman budi dan hati, mampu melihat bahwa Gandamana berada dalam keterpurukan. Baik terpuruk secara lahir, karena ia telah dikalah oleh Sucitra, maupun terpuruk secara batin, karena ia telah kehilangan Dewi Gandawati. Oleh karena kebaikan dan rasa belas kasihan Pandudewanata, maka diajaknya Gandamana ke Negara Hastinapura untuk menduduki jabatan Patih di sana.
Atas janji Pandudewanata, mendung yang menggelayut di hati Gandamana tersibak karenanya. Dengan sukacita Gandamana mengikuti Pandudewanata ke Negara Hastinapura.
herjaka HS
No comments:
Post a Comment