Indrajit

Figur Wayang Indrajit

Indrajit dalam rupa wayang kulit,|
koleksi Tembi Rumah Budaya. (Foto: Sartono)
Indrajit

Indrajit disebut pula Megananda karena keberadaannya dipuja dari sebuah mega. Ia juga disebut Begananda karena Indrajit mempunyai aji yang sangat dahsyat namanya Begananda. Secara lahir Indrajit adalah anak Dasamuka, raja Alengka, namun sesungguhnya ia adalah anak ‘pujan,’ yaitu anak yang lahir dari hasil pemujaan. Bayi laki-laki Indrajit dipuja oleh Wibisana bersama dengan para dewa dari gumpalan mega, untuk menukar bayi perempuan yang dilahirkan Dewi Tari istri Dasamuka. Penukaran bayi itu dilakukan oleh Wibisana atas persetujuan Dewi Tari, sebagai upaya pencegahan agar Dasamuka tidak mengawini anaknya sendiri, karena menurut ramalan para resi bahwa bayi perempuan itu adalah titisan Dewi Widowati yang kelak akan diperistri Dasamuka.
Proses penukaran pun terjadi dengan sangat rahasia. Bayi perempuan, anak Dasamuka yang sesungguhnya dimasukkan ke dalam kotak kendaga dan dihanyutkan ke sungai. Ketika Dasamuka pulang dari lawatannya ke luar daerah, ia sangat marah mendapatinya bayi laki-laki di depan Dewi Tari istrinya. Dasamuka mempercayai ramalan para resi, bahwa anaknya akan lahir     perempuan, karena titisan Widowati. Oleh karenanya bayi laki-laki itu bukan anaknya. Ia dengan geram mengambil bayi itu dan membantingnya di lantai. Benturan keras itu tidak membuatnya bayi Indrajit terluka, bahkan sebaliknya. Ia semakin kuat. Setiap kali Dasamuka membantingnya, saat itu pula bayi Indrajit tumbuh semakin kuat dan menjadi besar. Tidak beberapa lama kemudian Indrajit telah menjadi seorang ksatria yang gagah perkasa serta sakti mandraguna. Ia tidak terima atas perlakuan Dasamuka. Maka kemudian terjadilah perang diantara Indrajit dan Dasamuka. Ada kemiripan gerak, watak, karakter dan emosi di antara ke duanya. Melihat kenyataan yang terjadi, akhirnya Dasamuka mengakui bahwa Indrajit adalah anaknya. Bahkan Dasamuka sangat menyayanginya, dan kelak diharapkan dapat meneruskan tahta Alengka.
Dengan keberadaan Indrajit, negara Alengka semakin kuat, Indrajit memiliki sifat serakah, juga sewenang-wenang, mirip ayahnya. Ia memiliki tiga panah sakti yaitu: panah Asurastra, bila dilepaskan berubah menjadi rantai yang kemudian mengikat musuh, atau berubah menjadi ular yang melilit musuh. Panah Nagapasa, bila dilepas berubah menjadi ribuan ular dan menyerang musuh. Panah Mahanosara, bila dilepas semua orang yang berada di daerah sasaran akan terserang rasa kantuk yang luar biasa.
Indrajit tinggal di kasatrian Bikukung bersama seorang istri yaitu Dewi Sumbaga serta tiga anaknya yakni: Begasura, Dewi Indraji dan Dewi Idrarum.
Ketika terjadi perang besar yang dinamakan perang Giriantara, antara Alengka melawan prajurit kera dari Swelagiri, Indrajit menjadi senapati Alengka. Atas kesaktiannya itu ia dengan mudah membunuh prajurit kera dalam jumlah yang besar. Atas saran Wibisana, Lesmana lah yang menghadapi Indrajit dengan panah pusaka Surawijaya. Maka ketika Indrajit terkena panah pusaka milik Lenmana, ia roboh di medan laga. Saat itu pula Wibisana menghampiri keponakkannya yang sudah tidak berdaya, Wibisana memuja jasad Indrajit agar kembali seperti sebelum ia tercipta, yakni segumpal awan di langit biru.
herjaka HS

No comments:

Post a Comment